Minggu, 01 Juli 2012

Ke Ilmuan Lansia (Yaumil Akhir) Dan An-Nass : (lanjutan ....)


Ke Ilmuan Lansia  (Yaumil Akhir). 


Selanjutnya akan disampaikan penerapan falsafah dan rangkaian lafal niat tarekat Pelatihan Tingkat Lansia (Ilmu Yaumul Akhir),  khusus ditujukan bagi para peserta yang telah lanjut usia, untuk lebih memaknai pentingnya ilham turunnya kepada manusia.
HAKEKAT PELATIHAN  LANSIA  (YAUMUL AKHIR)

UPAYA MANUSIA YANG TELAH MASUK UMUR UZUR UNTUK MEMPERSIAPKAN HATI YANG BERSIH, JIWA YANG PENUH TAKWA KEPADA ALLAH SWT, DENGAN KONDISI BADAN YANG SEGAR, SEHAT SERTA MENPUNYAI CAHAYA KEIMANAN DALAM HATINYA, MENJADIKAN KHUSNUL KHOTIMAH DI AKHIR AJALNYA, MELALUI LATIHAN INTI NAFAS DZIKIR Laa Ilaaha Illallaah DENGAN MELAKUKAN GERAK JURUS-JURUS SEDERHANA.



Tingkat  I,   Falsafah:  Tingkat mempersiapkan diri jasmani dan rohani untuk memasuki kehidupan dimasa tua.



Tingkat  I,   Jenjang I,  Jurus I,


Niat:    Pembangkit iman dan takwa kepada Allah.

Arti & manfaat : setiap orang yang melakukan jurus ini akan dibangkitkan nilai-nilai Ketuhanan-Nya, sebagaimana roh manusia pernah bersumpah dihadapan Allah saat kala dialam roh, mereka mengakui Ketuhanan Allah SWT.

Tujuan : Untuk menyadarkan manusia bahwa dirinya mempunyai Sang Pencipta.


Tingkat  I,   Jenjang II,  Jurus II,


Niat:   Pembangkit semangat ibadah kepada Allah SWT.

Arti & manfaat : setiap orang yang melakukan jurus ini, hati dan pikirannya akan terbuka, dan manusia selalu ingin beribadah kepada TuhanNya dengan penuh ihklas dan khusuk.

Tujuan : membuat hati dan pikiran manusia untuk senantiasa mengingat kepada Allah SWT dan kemudian akan senang mempelajari tata cara beribadah kepada Allah dengan benar, sebagaimana digariskan Allah SWT dalam Al Qur’an dan Al Hadist.


Tingkat  I,   Jenjang III,  Jurus III,


Niat:   Membuka Qolbu.

Arti & Manfaat :  hati nurani adalah pusatnya manusia;  namun apa bila dikaji didalam hati ada dua esensi yaitu :
*  Esensi manusia secara murni dan fitrah atau disebut jati diri yang Ilahiyah.
*  Esensi Setan dan Iblis yang selalu mengganggu manusia untuk tidak suka ibadah kepada Allah SWT,

Pada jurus ini kita akan dibukakan Qolbu sehingga akan dapat mengetahui yang hak dan yang bathil.


Tujuan :  dengan mengetahui esensi tersebut maka manusia berupaya menghilangkan esensi iblis dan setan dalam Qolbu sehingga esensi manusia makin dominant menguasai seluruh tubuh manusia agar :

1.  Membangkitkan rasa haru dan rasa ingin bertemu dengan Tuhan Allah  SWT.

2.  Ingin selalu bersyukur dan ingin meningkatkan seluruh amal baik dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi kehidupan dialam berikutnya (Barzah dan akherat).   Sehingga pada jurus ini dapat memperkuat iman dan taqwa kepada Allah.



Tingkat II,  Falsafah:  tingkat perjalanan kehidupan dimasa tua dengan rachmat Allah SWT.



Tingkat II,  Jenjang IV,  Jurus IV :


Niat:  Penanaman nilai-nilai Ilahiyah dalam pikiran.

Arti & manfaat :  akan menanamkan nilai-nilai Ilahiyah pada manusia yang berusia lanjut dan selau berfikir tentang kekuasaan Tuhan Allah SWT dalam diri manusia dan alam semesta.

Tujuan :  agar manusia diakhir umur lanjut semakin mengenal nilai-nilai Ilahiyah.  Oleh karena berpikir tentang kekuasaan Allah maka akan dapat menghindari dari kepikunan.

Tingkat II,  Jenjang V,  Jurus V : 

Niat:  Penanaman nilai-nilai Ilahiyah dalam Qolbu yang paling dalam.

Arti & manfaat : manusia lanjut usia yang mempunyai nilai-nilai Ilahiyah dalam Qolbu yang paling dalam, akan senantiasa ber-zikir Laa  ilaaha illal laah.

Tujuan :  Agar Qolbu secara terus menerus sepanjang waktu selalu berzikir Laa ilaaha illal laah, sehingga disaat Sekaratulmaut datang, maka Qolbu selalu berzikir “Laa ilaaha illal laah”  dengan tingkat kepasrahan yang ikhlas.


Tingkat III ,    Falsafah:   tingkat tahap menuju akhir atau tingkat berpasrah diri kepada Allah SWT.


Tingkat III,  Jenjang VI,  Jurus VI : 


Niat:   Pemasrahan diri kepada Allah SWT.
Arti & manfaat :  dalam tingkat pasrah kepada Allah SWT hanya mensucikan jiwa dan hanya berpasrah diri kepada Allah.  Selalu siap manakala dipanggil oleh Allah setiap saat.

Tujuan :  agar manusia diakhir umur lanjut tidak takut dan siap dipanggil Allah pada setiap saat atau siap menghadapi sekaratulmaut.


Hakekad Pelatihan An-nass (Anak-anak Balita).  
 
 Hakekat Pelatihan Olah Tenaga Dalam Satya Buana Ke-Ilmuan Al-Nass;   adalah suatu usaha manusia dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan potensi bioenergi dalam tubuh melalui rangsangan serapan daya inti bumi dan prana alam yang insya Allah dengan ridho-Nya sejak dini dapat mewujudkan manusia yang utuh dengan kondisi fitrah yang selaras-serasi-seimbang, sehingga secara naluri alamiah berfungsi secara aktif otomatis, menjadikan pribadi yang berjati diri,  yang sehat jasmani dan rohani.

        Ke-Ilmuan Al-Nass merupakan pengembangan dari Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang baru diterapkan kepada peserta di Bengkulu pada awal tahun 2009, dikhususkan untuk Anak-anak Balita sampai menjelang aqil baligh  (umur 7 – 15 tahun).  Tujuan kepelatihan ini adalah untuk menanamkan nilai-nilai ke-Tauhidan secara dini kepada anak-anak, untuk melatih dan mengembangkan potensi diri terutama dalam upaya mencerdaskan otak kanan dan otak kiri serta menyeimbangkan kecerdasan otak kiri dan otak kanan serta mempersiapkan anak memasuki kecerdasan spiritualnya, sehingga diharapkan kan muncul jiwa dan kreativitas yang baik dan berkembang secara positif dalam masa perkembangan umurnya.

Peserta Kepelatihan An-Nas  hanya terdiri dari  satu tingkat dengan lima jurus, dengan harapan  setelah menginjak usia dewasa mereka akan meneruskan   pada tingkat Al-Mukminun (untuk laki-laki)   atau Al-Muslimah (untuk  wanita).

Falsafah yang melandasi terlahirnya  ke Ilmuan ini ter-Ilhamkan  dari kisah-kisah perjalanan Nabi Nuh As. dengan ummatnya yang beriman meninggalkan  daratan yang di tenggelamkan oleh air bah beserta kaum kafir;  kemudian dengan perahu besarnya menuju apa yang dikehendaki Allah SWT.  Tarekat yang melandasi perjalanan dan aplikasi ke ilmuan Satya Buana menemukan Tuhannya,  bagaikan kisah perjalanan Nabi Ibrahim As. mencari Tuhannya dan kemudian berjuang menegakkan agama Allah yang lurus ditengah-tengan kaumnya yang menyembah berhala (syirik).  Sedangkan Hakikad yang melandasi perjalanan  ke ilmuan Satya Buana adalah kisah nabi Musa As. dalam mencari makna kehidupan yang penuh  dengan ujian, tantangan, rahasia  kehidupan dan liku-liku,  dibawah tuntunan  Nabi   Khaidir As.  Perjuangan (Fisabilillah)  yang melandasi perjalanan  ke ilmuan Satya Buana adalah kisah Nabi Muhammad SAW. dalam berjuang  menegakkan Agama Allah Yang Fitrah  penuh dengan rintangan, ujian, tantangan, dan liku-liku demi ummatnya agar selamat dalam kehidupan dunia dan kehidupan di akherat.  Semoga para pembaca, pemerhati,  pengamat yang budiman dan seluruh anggota keluarga Satya Buana bisa termasuk  golongan  orang-orang yang lurus dan fitrah jiwa dan raganya, “Nasrum minallah wa fathum gharib”.

Atas uraian diatas, menjelaskan tentang prinsip dasar perincian dari tarekat (methodology)  yang dilakukan oleh Satya Buana melalui ke  “Ilmuan Al Mukminun dan Yaumul Akhir” dimana didalamnya tidak terkandung niatan yang bersifat “haram” atau “syirik”.  

Bagi para peserta Satya Buana,  ilmu ini harus secara transparant diperkenalkan pada masyarakat, baik dia memerlukan atau tidak.  Karena masih banyak manusia yang merasa dirinya tergolong manusia yang berderajat tinggi, berkuasa,  hebat,  genius, kaya raya, terhormat, agung, mulia, suci dihadapan sesama manusia.  Baik karena spesialisasi kependidikannya,  sebagai seorang ulama menguasai bidang agama fasih bicara ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi, atau sebagai seorang teknokrat yang terbiasa bicara logika, idealisme, rasionalitas, filsafat atau sebagai pejabat/penguasa  yang telah berpengalaman bidang ketatanegaraan,  politik dan  kekuasaan serta  berpendidikan lama diluar negeri, atau seorang pendidik yang terbiasa menggurui dan mendidik manusia dalam rangka mencapai kencerdasan akal (IQ) super tinggi, sehingga mereka semuanya merasa tidak perlu fitrah kondisi jiwa dan raganya dalam sakratul maut ajal memanggil nanti.

Pembaca yang budiman, Satya Buana hanya ingin menjelaskan dan membedah tuntas keilmuan yang dimiliki dilapangan,  ternyata berkesesuaian (tidak menyimpang) dengan Al Qur’an dan Al Hadist.  Secara ringkas dapat dikatakan bahwa agama Islam sebagai pedoman dan tuntunan menuju jalan yang lurus dan terang serta luas, dimana Satya Buana sebagai salah satu Ilmu diantara  sekian banyak Ilmu Tenaga Dalam yang telah berkembang,  maka Satya Buana merupakan salah satu metodologi saja  yang kami anggap cukup memadai sesuai dengan bidangnya  sebagai penunjang bagi peminatnya dalam  memahami dan penerapan Hukum-hukum Syari’at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifatullah untuk menuntun manusia menuju kepada tujuan akhir yaitu  beragama Islam yang Kaffah, lurus, terang serta luas.  

Demikian juga rangkaian niat kelima cabang  ilmu Satya Buana secara jelas dan terang terkandung hakekad yang sangat dalam guna memaknai ajaran Islam secara Universal dan Holistic,  boleh jadi merupakan hidayah  dari Allah SWT.  Sehingga ujung dari  pembelajaran kelima cabang ke ilmuan akan berakhir dengan kepasrahan diri  penuh keikhlasan siap dipanggil Rabb Sang Maha Pencipta Alam Semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar