Ke Ilmuan Lansia
(Yaumil Akhir).
Selanjutnya
akan disampaikan penerapan falsafah dan rangkaian lafal niat tarekat Pelatihan
Tingkat Lansia (Ilmu Yaumul Akhir),
khusus ditujukan bagi para peserta yang telah lanjut usia, untuk lebih
memaknai pentingnya ilham turunnya kepada manusia.
HAKEKAT PELATIHAN LANSIA (YAUMUL AKHIR)
UPAYA MANUSIA YANG TELAH MASUK UMUR UZUR UNTUK
MEMPERSIAPKAN HATI YANG BERSIH, JIWA YANG PENUH TAKWA KEPADA ALLAH SWT, DENGAN
KONDISI BADAN YANG SEGAR, SEHAT SERTA MENPUNYAI CAHAYA KEIMANAN DALAM HATINYA,
MENJADIKAN KHUSNUL KHOTIMAH DI AKHIR AJALNYA, MELALUI LATIHAN INTI NAFAS DZIKIR
Laa Ilaaha Illallaah DENGAN
MELAKUKAN GERAK JURUS-JURUS SEDERHANA.
Tingkat I, Falsafah: Tingkat mempersiapkan diri jasmani dan
rohani untuk memasuki kehidupan dimasa tua.
|
|
|
|
Tingkat
I, Jenjang I, Jurus I,
|
|
|
Niat: Pembangkit
iman dan takwa kepada Allah.
|
|
Arti & manfaat : setiap orang yang melakukan jurus ini akan
dibangkitkan nilai-nilai Ketuhanan-Nya, sebagaimana roh manusia pernah bersumpah
dihadapan Allah saat kala dialam roh, mereka mengakui Ketuhanan Allah SWT.
|
|
Tujuan : Untuk menyadarkan manusia bahwa dirinya mempunyai
Sang Pencipta.
|
|
|
Tingkat
I, Jenjang II, Jurus II,
|
|
|
Niat: Pembangkit
semangat ibadah kepada Allah SWT.
|
|
Arti & manfaat : setiap
orang yang melakukan jurus ini, hati dan pikirannya akan terbuka, dan manusia
selalu ingin beribadah kepada TuhanNya dengan penuh ihklas dan khusuk.
|
|
Tujuan : membuat hati dan pikiran manusia untuk senantiasa
mengingat kepada Allah SWT dan kemudian akan senang mempelajari tata cara
beribadah kepada Allah dengan benar, sebagaimana digariskan Allah SWT dalam
Al Qur’an dan Al Hadist.
|
|
|
Tingkat
I, Jenjang III, Jurus III,
|
|
|
Niat: Membuka Qolbu.
|
|
Arti
& Manfaat
: hati nurani adalah pusatnya
manusia; namun apa bila dikaji didalam
hati ada dua esensi yaitu :
* Esensi manusia secara murni dan fitrah atau
disebut jati diri yang Ilahiyah.
* Esensi Setan dan Iblis yang selalu
mengganggu manusia untuk tidak suka ibadah kepada Allah SWT,
Pada
jurus ini kita akan dibukakan Qolbu sehingga akan dapat mengetahui yang hak
dan yang bathil.
|
|
Tujuan
: dengan mengetahui esensi tersebut maka
manusia berupaya menghilangkan esensi iblis dan setan dalam Qolbu sehingga
esensi manusia makin dominant menguasai seluruh tubuh manusia agar :
1. Membangkitkan rasa haru dan rasa ingin
bertemu dengan Tuhan Allah SWT.
2. Ingin selalu bersyukur dan ingin
meningkatkan seluruh amal baik dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi
kehidupan dialam berikutnya (Barzah dan akherat). Sehingga pada jurus ini dapat memperkuat
iman dan taqwa kepada Allah.
|
|
|
Tingkat II, Falsafah: tingkat
perjalanan kehidupan dimasa tua dengan rachmat Allah SWT.
|
|
|
|
Tingkat II,
Jenjang IV, Jurus IV :
|
|
|
Niat: Penanaman
nilai-nilai Ilahiyah dalam pikiran.
|
|
Arti & manfaat : akan
menanamkan nilai-nilai Ilahiyah pada manusia yang berusia lanjut dan selau
berfikir tentang kekuasaan Tuhan Allah SWT dalam diri manusia dan alam
semesta.
|
|
Tujuan : agar manusia
diakhir umur lanjut semakin mengenal nilai-nilai Ilahiyah. Oleh karena berpikir tentang kekuasaan Allah maka akan
dapat menghindari dari kepikunan.
|
|
|
Tingkat II,
Jenjang V, Jurus V :
|
|
|
Niat: Penanaman
nilai-nilai Ilahiyah dalam Qolbu yang paling dalam.
|
|
Arti &
manfaat : manusia lanjut usia yang mempunyai nilai-nilai Ilahiyah dalam Qolbu
yang paling dalam, akan senantiasa ber-zikir Laa ilaaha illal laah.
|
|
Tujuan : Agar
Qolbu secara terus menerus sepanjang waktu selalu berzikir Laa ilaaha illal
laah, sehingga disaat Sekaratulmaut datang, maka Qolbu selalu berzikir “Laa
ilaaha illal laah” dengan tingkat
kepasrahan yang ikhlas.
|
|
|
Tingkat III , Falsafah: tingkat tahap menuju akhir atau tingkat
berpasrah diri kepada Allah SWT.
|
|
Tingkat III,
Jenjang VI, Jurus VI :
|
|
|
Niat: Pemasrahan
diri kepada Allah SWT.
Arti & manfaat :
dalam tingkat pasrah kepada Allah SWT hanya mensucikan jiwa dan hanya
berpasrah diri kepada Allah. Selalu
siap manakala dipanggil oleh Allah setiap saat.
|
|
Tujuan
: agar manusia diakhir umur lanjut tidak
takut dan siap dipanggil Allah pada setiap saat atau siap menghadapi
sekaratulmaut.
|
Hakekad Pelatihan An-nass (Anak-anak Balita).
Hakekat Pelatihan Olah Tenaga
Dalam Satya Buana Ke-Ilmuan Al-Nass;
adalah suatu usaha manusia dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan
potensi bioenergi dalam tubuh melalui rangsangan serapan daya inti bumi dan
prana alam yang insya Allah dengan ridho-Nya sejak dini dapat mewujudkan
manusia yang utuh dengan kondisi fitrah yang selaras-serasi-seimbang, sehingga
secara naluri alamiah berfungsi secara aktif otomatis, menjadikan pribadi yang
berjati diri, yang sehat jasmani dan
rohani.
Ke-Ilmuan Al-Nass merupakan pengembangan dari Ke-Ilmuan Al-Mukminun yang
baru diterapkan kepada peserta di Bengkulu pada awal tahun 2009, dikhususkan
untuk Anak-anak Balita sampai menjelang aqil baligh (umur 7 – 15 tahun). Tujuan kepelatihan ini adalah untuk menanamkan
nilai-nilai ke-Tauhidan secara dini kepada anak-anak, untuk melatih dan mengembangkan
potensi diri terutama dalam upaya mencerdaskan otak kanan dan otak kiri serta
menyeimbangkan kecerdasan otak kiri dan otak kanan serta mempersiapkan anak
memasuki kecerdasan spiritualnya, sehingga diharapkan kan muncul jiwa dan
kreativitas yang baik dan berkembang secara positif dalam masa perkembangan
umurnya.
Peserta Kepelatihan
An-Nas hanya terdiri dari satu tingkat dengan lima jurus, dengan
harapan setelah menginjak usia dewasa
mereka akan meneruskan pada tingkat
Al-Mukminun (untuk laki-laki) atau
Al-Muslimah (untuk wanita).
Falsafah yang melandasi terlahirnya ke Ilmuan ini ter-Ilhamkan dari kisah-kisah perjalanan Nabi Nuh As.
dengan ummatnya yang beriman meninggalkan
daratan yang di tenggelamkan oleh air bah beserta kaum kafir; kemudian dengan perahu besarnya menuju apa
yang dikehendaki Allah SWT. Tarekat yang
melandasi perjalanan dan aplikasi ke ilmuan Satya Buana menemukan
Tuhannya, bagaikan kisah perjalanan Nabi
Ibrahim As. mencari Tuhannya dan kemudian berjuang menegakkan agama Allah yang
lurus ditengah-tengan kaumnya yang menyembah berhala (syirik). Sedangkan Hakikad yang melandasi
perjalanan ke ilmuan Satya Buana adalah
kisah nabi Musa As. dalam mencari makna kehidupan yang penuh dengan ujian, tantangan, rahasia kehidupan dan liku-liku, dibawah tuntunan Nabi
Khaidir As. Perjuangan
(Fisabilillah) yang melandasi
perjalanan ke ilmuan Satya Buana adalah
kisah Nabi Muhammad SAW. dalam berjuang
menegakkan Agama Allah Yang Fitrah
penuh dengan rintangan, ujian, tantangan, dan liku-liku demi ummatnya
agar selamat dalam kehidupan dunia dan kehidupan di akherat. Semoga para pembaca, pemerhati, pengamat yang budiman dan seluruh anggota
keluarga Satya Buana bisa termasuk
golongan orang-orang yang lurus
dan fitrah jiwa dan raganya, “Nasrum
minallah wa fathum gharib”.
Atas uraian diatas, menjelaskan tentang prinsip dasar
perincian dari tarekat (methodology) yang dilakukan oleh Satya Buana melalui
ke “Ilmuan
Al Mukminun dan Yaumul Akhir” dimana didalamnya tidak terkandung niatan
yang bersifat “haram” atau “syirik”.
Bagi para peserta Satya Buana, ilmu ini harus secara transparant diperkenalkan pada masyarakat, baik dia memerlukan atau
tidak. Karena masih banyak manusia yang
merasa dirinya tergolong manusia yang berderajat tinggi, berkuasa, hebat, genius, kaya raya, terhormat, agung, mulia,
suci dihadapan sesama manusia. Baik
karena spesialisasi kependidikannya, sebagai
seorang ulama menguasai bidang agama fasih bicara ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadist Nabi, atau sebagai seorang teknokrat yang terbiasa bicara logika,
idealisme, rasionalitas, filsafat atau sebagai pejabat/penguasa yang telah berpengalaman bidang
ketatanegaraan, politik dan kekuasaan serta berpendidikan lama diluar negeri, atau seorang
pendidik yang terbiasa menggurui dan mendidik manusia dalam rangka mencapai
kencerdasan akal (IQ) super tinggi, sehingga mereka semuanya merasa tidak perlu
fitrah kondisi jiwa dan raganya dalam sakratul maut ajal memanggil nanti.
Pembaca yang budiman, Satya Buana hanya ingin menjelaskan
dan membedah tuntas keilmuan yang dimiliki dilapangan, ternyata berkesesuaian (tidak menyimpang)
dengan Al Qur’an dan Al Hadist. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa agama Islam sebagai pedoman dan tuntunan menuju
jalan yang lurus dan terang serta luas, dimana Satya Buana sebagai salah satu
Ilmu diantara sekian banyak Ilmu Tenaga
Dalam yang telah berkembang, maka Satya
Buana merupakan salah satu metodologi saja
yang kami anggap cukup memadai sesuai dengan bidangnya sebagai penunjang bagi peminatnya dalam memahami dan penerapan Hukum-hukum Syari’at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifatullah untuk
menuntun manusia menuju kepada tujuan akhir yaitu beragama Islam yang Kaffah, lurus, terang
serta luas.
Demikian juga rangkaian niat kelima cabang ilmu Satya Buana secara jelas dan terang terkandung
hakekad yang sangat dalam guna memaknai ajaran Islam secara Universal dan
Holistic, boleh jadi merupakan
hidayah dari Allah SWT. Sehingga ujung dari pembelajaran kelima cabang ke ilmuan akan berakhir
dengan kepasrahan diri penuh keikhlasan
siap dipanggil Rabb Sang Maha Pencipta Alam Semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar