STRUKTUR BELAHAN OTAK
SEBUAH DIALOGIS
MENGGALI DAN MELENJITKAN POTENSI
DIRI
Bengkulu : Juni 2012.
Inspirator : Nazamuddin (Anggota Senior Satya Buana)
Lebih lanjut para ahli Neurologi menjelaskan bahwa struktur
belahan otak berbentuk “simetris”. Ada bagian otak
yang paling tua disebut dengan “Batang Otak”. Ada pula bagian otak yang paling muda yang
disebut dengan “Bagian
Kulit Otak (Cortex Cerebre)”, berwarna abu-abu muda—berfungsi melahirkan ciptaan
yang paling khas manusia—seperti
kemampuan ber bahasa dan seni.
Berdasarkan
hasil penelitian Prof. Dr. Marian Dimon, dalam buku “The Learning Revolution (Revolusi Cara Belajar)”, yang dikutip
oleh Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos :
“Prof. Dr. Marian
Dimon adalah seorang
peneliti otak terkemuka yang telah melakukan pembedahan terhadap otak manusia
yang dimulai dari bagian paling dasar, yaitu sebuah area kecil yang disebut
dengan “Medulla”.
“Medulla berfungsi mengatur
detak jantung dan proses respirasi, sehingga ia sangat penting bagi kehidupan”. Panjangnya hanya
beberapa inchi dan sama panjang dengan yang dimiliki otak Simpanse. Namun kapasitas Medulla pada manusia berkembang tiga (3) kali lipat dibanding
dengan Simpanse.
Disebelah Medulla
terdapat “Serebelum”, secara harfiah maknanya adalah “Otak Kecil”, yang bertanggungjawab dalam proses
koordinasi dan keseimbangan, dan akhir–akhir ini ditemukan bagian ini fungsinya
sangat penting dalam proses belajar dan berbicara.
Bagian atas dari otak disebut dengan “Cortex” yang berbentuk seperti kenari raksasa yang
berkerut-kerut, jika tidak
berlipat-lipat luasnya hanya seper empat “(1/4) meter persegi”.
Kemudian hasil penemuan beliau dengan membedah otak Einstein, ada bagian otak yang disebut “Lobus Frontal” yang berada tepat
pada “area
dibelakang kening”. Fungsinya sangat penting
untuk kepribadian, perencanaan
kedepan, pengurutan ide-ide, area
pengendalian ucapan (motor speech
area) dan bagian inilah yang paling
membedakan antara manusia modern
dengan dengan nenek moyangnya. Agar kita mengerti pembicaraan lawan bicara,
ada bagian lain pada otak bagian depan–yang disebut bagian otak pendengar--sangat memegang
peranan penting.
Lebih lanjut dikatakan,
pada bagian belakang kepala
terdapat bagian otak yang dinamakan “Cortex Visual”, ketika bagian ini
menerima benturan, kita seakan-akan melihat bintang-bintang (berkunang-kunang),
artinya “Cortex Visual” anda sedang bergetar akibat benturan. Jadi,
kita tidak hanya memproses penglihatan melalui mata saja.
Kemudian
lebih lanjut dijelaskan, di dalam otak terdapat sistem “Limbik”, yaitu bagian otak yang berurusan
dengan rasa ketakutan, kemarahan, emosi, seksualitas, cinta, gairah, menghasilkan
kelenjar “Pituitari” yang memproduksi hormon dan kemampuan untuk
menunjukkan dan menghentikan rasa sakit.
Bagi seorang peng-Husada Satya
Buana sangat penting memahami tentang cara kerja “sistem Limbik dan kelenjar
Pituitari” ini, sebab ketika sang
peng-Husada sedang berhadapan dengan seorang pasien yang mengalami kondisi
seperti diatas (Traumatik/phobia, emosinal
tinggi, rasa ketakutan, kemarahan
berlebihan,
rasa sakit berlebihan) dapat mengambil tindakan untuk meredam atau mentralisir kondisi
tersebut menjadi lebih ringan bahkan hilang sama sekali.
“Cara kerja otak sangat ajaib
dalam mengirim pesan-pesan yang secara terus menerus dengan mengubah
impuls-impuls listrik menjadi aliran-aliran kimiawi, sehingga seluruh elemen
ini benar-benar membuktikan adanyapotensi besar otak manusia yang belum
dimanfaatkan sepenuhnya
(masih misteri). Dengan demikian, betapa dinamisnya otak
dankenyataan bahwa otak dapat berubah pada usia berapa pun sejak lahir sampai
akhir kehidupan. Otak dapat berubah
secara positif jika dihadapkan pada
lingkungan yang diberikan rangsangan, sebaliknya otakdapat menjadi
negatif, jika tidak diberikan
rangsangan”.
Dari penjelasan yang disampaikan oleh Dryden dan Vos, ada dua ungkapan yang tidak dapat kita terima dari sisi Aqidah Islam yaitu:
1.
Menurut banyak ilmuan, otak mengembangkan kapasitasnya seiring kapasitas,
seiring dengan turunnya nenek moyang kita dari pohon, mulai berjalan tegak,
belajar menggunakan api, mulai menggunakan dan membuat alat, dan belajar
berbicara.
2. Ia
telah berkembang lebih dari ribuan abad.
Pada dasarnya, untuk melalui
kanal kelahiran manusia, bagian otak ini harus melipat dirinya sendiri.
Kedua ungkapan tersebut diatas
jelas sangat dipengaruhi oleh “Teori Evolusi atau Darwinisme”. Hal ini jelas
bertentangan dengan Aqidah Islam, karena
kita sangat yakin terhadap adanya
Sang Pencipta dan sangat tidak
masuk akal kiranya ada fenomena kerja
otak yang sangat menakjubkan---malah ada yang masih misterius belum terungkap---terjadi dengan sendirinya. Tentu ada yang menciptakannya, yaitu Yang Maha Menakjubkan yakni Allah Rabb Sekalian Alam.
Secara Ilmiah telah dibuktikan oleh Dr. Michael J. Behe, pendukung Teori “Intelligent Design” :
“Bahwa
berdasarkan penelitian terhadap kehidupan hingga tingkat molekuler menunjukkan
akan keberadaan Dzat yang men-design atau menciptakan
semua yang
ada. Dan Dzat itu adalah Allah”.
Sesuai
dengan apa yang telah disampaikan dalam QS. Hud (11)
ayat 56:
“Sesungguhnya
aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata (bernyawa) pun melainkan Dia-lah yang
memegang ubun-ubun (otak)nya.
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang
lurus”.
Penjelasan Prof. Dr. Diamond yang terakhir menumbangkan dua mitos yang telah
berkembang berabad-abad di kalangan para ilmuwan dan orang awam, yaitu (a). Bahwa otak sepenuhnya ditentukan secara
genetis, karena keturunan, sehingga otak kita tidak bisa kita ubah; dan (b).
Otak kita mengkerut dalam perjalanan waktu, karena ketuaan.
Kemudian kita coba ikuti pemikiran Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki dalam buku “Quantum Learning” (Kaifa, l999), tentang cara berfikir otak kanan dan otak kiri sebagai
berikut:
“Disamping Tiga bagian otak kita—Batang Otak atau Otak Reptil; Sistem Limbik atau
Otak Mamalia; dan Neokorteks—maka Otak juga dibagi menjadi Otak Belahan
Kanan dan Otak Belahan Kiri. Sekarang, dua belahan otak ini lebih dikenal
dengan “Otak Kiri dan Otak Kanan”.
Eksperimen yang telah dilakukan terhadap ke dua belahan otak tersebut
menunjukkan, bahwa masing-masing
belahan otak bertanggungjawab terhadap
cara berfikir, dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam
kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara ke dua sisi.
“Proses berfikir otak kiri lebih bersifat : logis, sekuensial, linier dan
rasional—sisi ini sangat teratur—walaupun berdasarkan realita, ia mampu
melakukan penafsiran abstrak dan
simbolis. Cara berfikirnya sesuai dengan
tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,
menempatkan detail dan fakta, fonetik
serta simbolisme.
Sedangkan cara berfikir otak
kanan lebih bersifat : acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik, bersifat
non-verbal—seperti perasan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasan
(merasakan kehadiran suatu benda atau orang),
kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kretivitas
dan visualisasi.
“Jadi kedua belahan otak ini
penting artinya, sehingga orang yang mampu memanfaatkan kedua belahan otak ini
secara effektif akan cenderung “Seimbang” dalam berbagai aspek
kehidupannnya. Seperti belajar terasa
mudah, karena ia mempunyai pilihan untuk
menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang
ia hadapi. Sebab, sebagian besar komunikasi diungkapkan
dalam bentuk bahasa verbal atau tertulis, yang keduanya cenderung merupakan
spesialisasi otak kiri seperti bidang-bidang pendidikan, bisnis dan sains”.
“Jika Anda dalam hasil uji
test termasuk kedalam kategori kecenderungan lebih banyak beraktivitas
menggunakan otak kiri, jika anda tidak berusaha memasukkan aktivitas otak kanan
dalam hidup anda, maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam hidup anda,
sehingga mengakibatkan anda gampang stress, depressi, phobia dan kesehatan
mental maupun fisik anda jelek dan sangat rentan terhadap serangan berbagai jenis penyakit”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar