Minggu, 01 Juli 2012

PEMBAGIAN WILAYAH OTAK DAN CARA KERJANYA


PEMBAGIAN  WILAYAH OTAK   DAN    CARA   KERJANYA
SEBUAH DIALOGIS
MENGGALI DAN MELENJITKAN  POTENSI DIRI
Bengkulu  :  Juni 2012.
Inspirator  :  Nazamuddin (Anggota Senior Satya Buana)
 

Lebih jauh, otak juga mengendalikan fungsi-fungsi yang lebih luhur dalam kehidupan manusia , antar lain  hal-hal yang  berkaitan dengan  “Emosi”.  Rasa senang, bahagia, sedih, menderita, benci dan kasih sayang, semuanya dikendalikan  oleh pusat ingatan “Emosi” di bagian otak yang disebut “Amygdala”, sehingga “Amygdala” kita sebut juga dengan “Memori Otak Emosional”.    Sedangkan pusat ingatan yang bersifat “Rasional (Rasio ;  Nalar)”  berada di bagian otak yang disebut “Hippocampus”, sehingga “Hippocampus” kita sebut juga dengan “Memori Otak Rasional”.

Jika di petakan  berdasarkan wilayahnya, maka otak manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian  (wilayah besar),  yaitu :

1.    Wilayah I ;  Kulit Otak (Cortex Cerebri),   bagian terluar dari otak.

Wilayah ini menjadi basis dari aktifitas   yang berkaitan dengan “kemampuan rasional” seseorang.  Mulai dari kemampuan menerima “rangsangan  panca indra, memahaminya, menganalisa,  kemudian merespon secara motorik”.

Kehebatan peradaban  manusia  yang telah dicapai dalam hal Ilmu Pengetahuan,   Sains dan Teknologi,  sebagaimana telah berkembang pesat di  abad-abad terakhir ini  adalah sebagian  hasil dari cara berfikir  “rasional  kulit otak”.  

Manusia telah  mampu menciptakan berbagai peralatan elektronik, komputer, robot, senjata pemusnah massal, pesawat angkasa luar, satelit, mesin-mesin  produksi, sarana transportasi,  pabrik-pabrik, teknologi kimia, teknologi  farmakologi,  teknologi kedokteran dan lain sebagainya,  hanyalah merupakan sebagian saja dari kehebatan cara kerja kulit otak tersebut.



2.    Wilayah II ; Sistem Limbik  dan bagian lain di tengah otak yang masih sangat misterius.

Bagian ini bertanggungjawab terhadap “fungsi luhur” yang sangat erat  keterkaitannya dengan  “Emosi”  seseorang.  Sikap jujur, adil, pemaaf, culas, berkhianat,  iri, dengki,  dendam, tamak, loba, sombong, congkak, kehormatan, sanjungan,  mencintai, menyayangi, membenci, sedih, gembira, stres, depressi, kecewa, frustrasi, cita-cita, visi, missi,  menderita dan lain sebagainya,   mekanismenya semua diatur  di wilayah bagian tengah otak  ini.  Termasuk di dalamnya adalah “amygdala” sebagai “pusat ingatan emosi” .

Terdapat beberapa komponen otak yang terlibat dalam sistem pengaturan “Fungsi Luhur”  ini, di antaranya adalah : “Gyrus Cingulata, Thalamus, Hippocampus, Nucleus Basal, Prefrontal  Cortex, dan Amygdala”.   Tiga di antaranya ternyata  berada di wilayah I,  yakni “Kulit Otak”---yang berperan dalam aktifitas “Rasional”  seseorang.   

Sedangkan selebihnya, berada di bagian bawah kulit otak, atau bagian yang berkaitan dengan pengaturan emosi.   Jadi mekanisme “Sistem Limbik” yang mengatur fungsi luhur  tersebut, ternyata melibatkan dua fungsi otak sekaligus, yaitu  “fungsi rasional di kulit otak dan fungsi emosi di bagian lebih dalam dari  wilayah otak”. 

Ini berarti, munculnya rasa kasih sayang, keadilan, pemaaf, pendendam, rasa bersalah, sedih dan gembira,  itu bukanlah hanya bersifat emosional belaka, akan tetapi juga melibatkan pikiran-pikiran rasional juga. 

Ternyata, “Sistem Limbik”  juga mengatur alam bawah sadar,  yang mana didalam sistem ini tersimpan memori yang bersifat “Universal dan Holistic  (Luas dan menyeluruh)“  tentang  kebaikan,  keburukan, keadilan, kejujuran, dan segala sifat-sifat yang dianggap baik maupun  buruk oleh manusia.  Tanpa belajarpun anda pasti tahu tentang rasa sedih, bahagia, kasih sayang, menderita, dan lain sebagainya.   Jadi, enggak perlu  ada sekolahan  yang  mengajarkan kepada anda tentang rasa sedih, rasa bahagia, rasa sakit hati, rasa cemburu,  dan lain sebagainya, artinya tanpa disekolahin  juga  yang gitu-gituan anda juga udah pintar,  gitu lho  !  Dengan demikian “Ingatan” tentang semua “rasa universal”  dengan sedirinya telah tersimpan memorinya dalam sistem  wilayah otak  “Limbik””.
               
            Lantas kode-kode yang tersusun dalam suatu sistem yang lebih besar inilah yang kita maksud  dengan “Sistem  Limbik”.  Dan sistem Limbik merupakan bagian dari sistem Otak secara keseluruhan.  Sedangkan “Konstruksi Makna yang Bersifat Kompleks”  kita sebut dengan  wilayah “JIWA”

           Tahukah anda, kenapa koq ...! anda tertawa,  yaa...  ketika mendengar atau melihat sesuatu peristiwa yang menurut anda lucu  ?  Lalu, kenapa pula anda tidak  bergeming sedikitpun walaupun sesuatu yang anda dengar atau anda saksikan itu sebenarnya lucu ?   Atau, kenapa anda menjadi berduka, ketika mendengar, melihat, menyaksikan  sesuatu peristiwa yang menyedihkan atau  sebaliknya, anda tidak  sedikitpun tersentuh ketika menyaksikan atau mendengar peristiwa yang menyedihkan tersebut ?   Kenapa koq ! anda misalnya sangat mudah sekali memberikan ma’af kepada seseorang yang telah berbuat kesalahan atau pernah menyakitkan  hati anda ?  Atau sebaliknya kenapa anda sangat sulit mema’afkan orang  lain  yang telah menyakiti atau berbuat salah kepada anda  dan anda tetap menyimpan  rasa dendam  kepada mereka,  sekalipun mereka sudah minta maaf ?

Hal  ini disebabkan karena, semua itu sudah ada memori tentang “perasaan universal” manusia tersebut di dalam “Memori Sistem Limbik” otak anda.  Maka dari  itu, kita tidak perlu belajar tentang semua rasa universal tersebut.   Dan inilah yang disebut dengan  “Mazilah”  oleh Imam Ibnu Al-Jauziyah atau  “Anugrah Ilahi “  menurut Stephen R.  Covey. 

Manusia  secara kolektif telah memiliki perasaan universal ini,  yang ditempatkan pada bagian tengah wilayah otak,  yang terkait dengan fungsi luhur maupun fungsi  kejehatan sebagai manusia.   Tidak perduli dia berbangsa atau berbahasa apapun,  kaya atau miskin, keturunan bangsawan, atau rakyat jelata,  dia pasti tahu  seseorang  atau dirinya sediri  sedang menangis  karena sedih   atau gembira karena bahagia.  Dia pasti sadar betul bahwa dia sedang tertawa karena memang dia sedang senang atau bahagia, ataukah sekadar menutupi kekecewaanya.  Itulah yang dikatakan dengan “bahasa universal umat manusia”. 

Jadi,  disini dapatlah kita pahami bahwa didalam sistem “Limbik”  inilah  Allah telah menciptakan  perangkat penyebab rasa sedih atau gembira, rasa berani atau  takut, rasa puas atau kecewa, rasa tentram atau gelisah, rasa sombong atau rendah hati, rasa bahagia atau sengsara, dan beragam  nilai–nilai kebaikan maupun nila-nilai keburukan. 

“Sistem nilai” inilah yang menjadikan acuan bagi  otak  untuk menyatakan apakah sesuatu itu tergolong  kedalam kebaikan atau kejelekan.  Dan menjadi acuan pula apakah sesuatu itu akan membahagiakan atau akan menyengsarakan dirinya. 

Kemudian, melalui  “memori rasa” didalam sistem Limbik tersebut muncul perintah lewat “Sistem Endoktrim”  (kelenjar hormon, enzim dsbnya),  yang berpengaruh terhadap seluruh organ tubuh seperti denyut jantung berdebar lebih kencang atau melembut, berkeringat dingin atau tidak, tangan gemetaran,  nafas terasa sesak,  dan seterusnya. 

3.  Wilayah III ;  Berkaitan dengan fungsi    dasar kehidupan.    

Wilayah ini meliputi  “Batang Otak dan Otak Kecil”  dan disinilah pusat pengaturan denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, termasuk pengaturan keseimbangan dan kehalusan gerakan yang kita lakukan. 


Selain ketiga wilayah otak secara global yang  telah kita uraikan seperti sebelumnya,  mungkin perlu kita ketahui sekilas  tentang beberapa bagian di dalam otak yang memiliki  peranan yang sangat penting dalam pengendalian kehidupan seseorang, yaitu  :   

1.    Thalamus.  Ini merupakan bagian yang terdapat di “otak depan”, yang berfungsi untuk “mengatur proses masuknya informasi yang berasal dari luar otak menuju ke kulit otak.”  Disamping itu juga berfungsi mengatur proses  terjadinya gerakan  organ-organ tubuh lewat “koordinasi kulit otak dan otak kecil”.  Pada bagian ini terjadi “persimpangan syaraf-syaraf sensorik”  yang masuk ke otak.  

2.    Hypothalamus.  Bagian ini berada dibawah “Thalamus”,  yang berfungsi mengatur “kestabilan suhu badan, rasa lapar dan  haus, kegiatan sexual,  dan berbagai aktifitas  badan lainnya  termasuk proses pertumbuhan dan menstruasi  pada perempuan  yang dikendalikan secara hormonal”. 



3.    Hippocampus.   Bagian  ini berfungsi  untuk menyimpan memori rasional,  terutama ingatan-ingatan jangka pendek. Sehingga “Hippocampus” disebut juga  dengan “Memori Otak Rasional”.   

“Hippocampus” berbentuk “huruf C”, yang terletak “di tengah otak”. Ia sebenarnya   merupakan bagian dari kulit otak  yang menjulur kebagian dalam otak.  Oleh karena itu, fungsinya terkait dengan “proses rasionalisasi kulit otak”.  Akan tetapi “Hippocampus” pun berperan dalam “Sistem Limbik” yang menjadi pusat “fungsi luhur  manusia.  Inilah bagian otak yang sering memberikan pertimbangan rasional kepada fungsi luhur manusia.  Bukan hanya emosional  seperti yang diperankan oleh “Amygdala”.    Oleh karena itu “Amygdala”  dikenal juga dengan Memori Otak Emosional”.

4.    Neurotransmiter.  Ini adalah “Zat  Kimia”  yang berada di dalam  otak  yang berfungsi membawa pesan antar sel syaraf.  Zat pembawa pesan ini diproduksi di dalam “sel-sel di ujung  syaraf otak”, seiring dengan  sinyal-sinyal  listrik yang melewatinya yang ada di otak, ketika pesan   dari otak  harus  “ditransmisikan” ke bagian-bagian lain.   Hampir seluruh kegiatan otak memanfaatkan “Neurotransmiter”   untuk menyampaikan pesan. 

Neurotransmiter dilepas menuju sel-sel sebelahnya,  kemudian diterima oleh zat lain yang disebut “reseptor” (penerima) .  Jika reseptornya cocok dengan Neurotransmiter, maka proses mengalirnya pesan itu akan berlanjut sampai ke organ yang di tuju.  

Puluhan jenis Neurotransmiter yang sudah diketahui fungsinya oleh manusia.  Namun secara garis besar dikelompokkan ke dalam  3 golongan besar, yaitu:  (1).  Kelompok Asam Amino seperti GABA dan Glutamat;  (2).  Kelompok Biogenic Amin, seperti Dopamin, Adrenalin, dan Noradrenalin,  (3).  Kelompok Peptida seperti Nitrit Oksida.

Masing-masing Neurotransmiter itu memainkan peranan yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesan otak kepada organ-organ tubuh.

Sebagai contoh, ketika suatu  waktu anda sedang cemas atau marah memuncak, maka anda akan berkeringat dingin, jantung berdenyut lebih kencang berdebar-debar, dan kadang-kadang badan menjadi terasa lemas.  Ini adalah efek dari dilepasnya zat kimia  “Adrenalin” atas  perintah Otak.  Adrenalin ini juga disebut dengan “Epinefrin”.

Demikian juga sebaliknya, ketika anda sedang gembira, maka perasaan gembira anda itu sebenarnya di picu oleh dilepasnya “Neurotransmiter”  yang dikenal dengan nama Enkefalin’.  Jika, anda mampu bergerak dengan tangkas trengginas”, maka otak anda  sedang memainkan    “Neurotransmiter GABA”, jumlahnya sedang menurun.  Jika jumlah GABA naik, maka seseorang akan menjadi malas-malasan .

Bagi orang-orang yang sedang kehilangan mood-nya” (sedang tak bergairah),  menjadi kurang daya konsentrasinya, ini artinya  Neurotransmiter Seretonin-nya”  sedang menurun. 

Kemudian, seseorang dapat saja mengalami  “tingkah laku kegila-gilaan”, hal ini disebabkan  oleh ulah “norepinefrin, seretonin dan dopamin”  yang bekerja pada sistem “kognisi, sistem koordinasi gerakan otot”, dan “kewaspadaan”  seseorang.

Dari penjelasan diatas kita melihat betapa pentingnya peran Neurotransmiter dalam aktifitas kehidupan seseorang.  Ia adalah salah satu aktor utama  ke dua” dalam sistem kehidupan manusia, bersama dengan sinyal-sinyal listrik di serabut syaraf dan hormon.

“Sinyal listrik merupakan aktor utama pertama” dalam sistem kehidupan adalah cara tercepat yang dimiliki oleh mekanisme otak dan syaraf.  Setiap memberikan perintah kepada organ tubuh atau bagian lainnnya, otak selalu mengirimkan pesan-pesan lewat sinyal listrik.  layaknya seperti pulsa-pulsa telepon, seperti remote control televisi, tetapi bagi otak   melalui  “kabel” syaraf.  

Kecepatan pesan dari otak menuju organ-organ yang dikendalikan itu sangatlah tinggi, “120 meter per detik”.  Jadi kalau anda memiliki “tinggi badan 160 cm”, maka kecepatan pesan dari otak sampai di ujung kaki anda hanya butuh waktu sekitar “1/75 detik” saja.   Karena itu, kaki bisa langsung anda gerakkan seketika, saat otak anda berkehendak.   

Kondisi kecepatan pesan ini lah yang memungkinkan anda tidak meleset saat menendang atau memukul bola, ketika anda sedang bermain di sebuah permainan sepak bola atau bermain tenis lapangan.  Bayangkan saja,  jika respon  anda tidak secepat itu,  maka  anda akan selalu bolak balik  meleset ketika menendang atau memukul  bola   yang mengarah kepada anda.  Atau, barangkali seorang kiper akan selalu gagal menangkap bola yang mengarah ke gawangnya, karena kecepatan perintah otak kepada kaki dan tangannya tidak secepat datangnya bola mengarah kepada  gawang sang  kiper.


.   

Kecepatan respon yang demikian tingginya, ditentukan oleh kualitas “kabel”  dan sistem perkabelannya, yang menghubungkan antara otak sebagai pusat kendali dengan organ-organ di seluruh tubuh kita.  Demikianlah cara  sistem syaraf bekerja.
 
Jika sistem perkabelan syaraf jelek, alias susunan syarafnya jelek, maka kecepatan perintah dari otak ke tempat tujuan perintah juga terganggu.  Atau bahkan akan mengalami kemacetan.  Tak ubahnya dengan sistem kelistrikan, jika kualitas kabelnya jelek, maka kecepatan sinyal listrikpun akan menurun, malah bisa konsleting.

Salah satu keanehan pada sistem syaraf ini adalah pada kualitas kabelnya.  Biasanya, dalam sistem kelistrikan agar kecepatan sinyal listrik itu tinggi,  maka dipilih kabel dari bahan logam yang berkualitas bagus, misalnya tembaga atau platina yang memiliki daya hantar listrik  yang  tinggi.  

Namun berbeda pada sistem  syaraf, maka kabel  yang  dipilih  justeru terbuat dari bahan “isolator”,  yang terdiri dari “lemak, protein dan air”.  Itulah bahan  serat-serat syaraf manusia.  Namun demikian,  ternyata memiliki daya hantar listrik  yang sangat bagus.    Bahkan lebih  bagus dari logam-logam  konduktor  yang  kita  kenal. 

Kita sangat paham, jika  dalam sistem kelistrikan  logam-logam konduktor digunakan sebagai bahan kabel listrik, maka sudah dipastikan akan mengalami “losses” alias penyusutan.  Pada jarak tertentu kualitas sinyal akan menurun.   Sehingga diperlukan “booster” untuk  meningkatkan kembali kekuatan sinyalnya 

Namun, lain hal nya yang terjadi pada serat-serat syaraf sungguh sangat menakjubkan, penurunan sinyal-sinyal listrik ini tidak terjadi, karena sepanjang serabut syaraf  tersebut sel-selnya juga berfungsi sebagai “booster”.    Sehingga sinyal-sinyal pesan yang dikirimkan itu sampai kepada tujuannya dengan sempurna, bahkan kadang-kadang lebih kuat.

Dari kenyataan ini, barangkali manusia perlu menyelidiki lebih mendalam tentang sistem syaraf, untuk menciptakan sistem telekomonikasi yang lebih canggih dan mutakhir  kedepan.  Jadi, tidak lagi menggunakan bahan-bahan “logam dan booster”, melainkan meniru  seperti  yang ada di dalam sistem syaraf  tersebut.

  Perkembangan terakhir kemajuan teknologi komunikasi adalah dengan menggunakan “serat optik” yang bahan bakunya jauh lebih baik dari bahan konduktor teknologi terdahulu.   Namun rasanya teknologi ini juga secara integral masih kalah jauh dengan sistem syaraf yang ada di dalam tubuh manusia.  Nah...!  ini kesempatan bagi anda,  mana tau suatu saat nanti diantaranya anda muncul sebagai Ilmuwan Pertama  yang berhasil menggunakan sistem konduktor yang meniru syaraf otak manusia  seperti  disebutkan di atas.   Waah...! selamat lah untuk anda dan jangan lupa yaa..! bagi-bagi pengetahuannya dengan saya,  terima kasih !

Sistem penghantar sinyal listrik di dalam sistem syaraf itu semakin bagus, ketika serabut syarafnya melebar, jalurrya  semakin   banyak,   dan  “myelin” (bahan  pembungkus syaraf)-nya makin tebal. 




Memang  agak  aneh,  justeru di daerah yang pembungkus syarafnya tebal malah kecepatan sinyal listrik-nya  bertambah tinggi.  Bahkan sinyal-sinyal tersebut bisa melompat-lompat dengan kecepatan menakjubkan.  Dan juteru di daerah yang pembungkus syarafnya tipis,   sinyal listriknya berjalan lambat.  Kenapa demikian ?  Nah..! untuk mencari jawabannya, ini peluang juga bagi anda untuk  menjadi Ilmuwan baru, untuk mengetahui kenapa bisa demikian ? perlu anda observasi dan penyelidikan.  Yaa..! gunakan kemampuan telepati anda, kan....sudah belajar  mengolah tenaga dalam, mulai dari mengolah alam (makrokosmos) sampai  mengolah   akal,  jiwa dan qolbu  (mikrokosmos),  tentunya  bisa doong..,  tergantung...!

Jadi,  untuk mengetahui apakah sistem syaraf seseorang berkembang dengan baik atau tidak, cukup dengan mengamati ketebalan “sel syaraf dan myelin-nya”,  serta jumlah jalur-jalur yang membentuk  sirkuitnya.  Semakin tebal sel syaraf dan myelin-nya, semakin banyak jalur-jalurnya, makin luas arena sirkuitnya, maka sistem syarafnya pasti semakin bagus.   Otomatis.

Sesungguhnya sel-sel syaraf itu bagaikan plastik yang bisa mulur-mengkret.  Jika sering dipakai,  sel-sel syaraf tersebut akan membesar, menebal dan memanjang.  Tapi, apabila  sangat jarang dipakai, dibiarkan tidur saja, sel-sel syaraf tersebut lama kelamaan bakal mengecil, menciut, menipis dan kemudian menghilang, karena karatan ngkali yaa..!  Jadi anda tinggal memilih, apakah mau selalu meng-gunakannya untuk beraktifitas agar semakin pintar dan trampil, atau  tidak mau memakainya karena malas berfikir,  lalu sel-sel  tersebut bakal  menciut, menipis  kemudian menghilang  dan akhirnya jadilah kita orang  bodoh alias punya otak  tapi tak   berotak atau isinya sampah  ngkali.  Yaa..! punya selongsongan otaknya doang ,  gitu  lho...!




Jadi dengan sinyal-sinyal listriklah otak memerintahkan organ-organ tubuh dengan perantaraan  penggunaan “Neurotransmiter”. 

Telah kita ketahui bahwa aktor utama dalam sistem kehidupan seseorang adalah Neurotransmiter, bersama –sama dengan sinyal-sinyal listrik di serabut syaraf, dan kemudian dibantu oleh  sistem hormonal.   Ya, “hormon” adalah “Pemeran  Utama  (Aktor)  ke  tiga” di dalam penyampaian pesan dari otak ke seluruh organ tubuh. 

Jika,  sinyal listrik dan Neurotransmiter bekerja sepanjang syaraf, maka hormon dilepas lewat darah.  Zat ini dilepas oleh kelenjar “Hipofise” di otak bagian depan atas perintah “Hippothalamus”.

Pada kasus orang yang sedang marah atau cemas, hormon ini ikut berperan di dalamnya.   Pada saat anda sedang  dalam keadaan cemas yang berlebihan, maka sistem “Limbik” di otak anda akan bereaksi cepat memerintahkan “Hippothalamus”  melepaskan hormon CRF (Corticotrophin Releasing Factor)”. Kemudian CRF tersebut lantas meluncur menuju “Hipofise” yang  terletak di bagian bawah “Hippothalamus”, dan memancing keluarnya hormon lain, yang dikenal dengan nama “ACTH (Adrenocorticotrophin Hormone)”.

Selanjutnya,  ACTH masuk ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju “kelenjar anak ginjal”. Dan disinilah ACTH melepaskan hormon “Cortisol” yang berfungsi merangsang  syaraf “Simpatis” mengeluarkan  senyawa kimia “Adrenalin”.  Pada saat itu anda merasakan jantung anda berdebar-debar kencang, anda mengeluarkan keringat dingin, tubuh gemetaran, sampai terasa ingin terkencing-kencing.  Semua ini adalah pengaruh dari diproduksinya senyawa kimia “Adrenalin” secara berlebihan.

Tidak hanya berhenti sampai disitu , “Cortisol”  juga bakal mempengaruhi organ-organ tubuh yang lain, salah satu di antaranya, dia menyerang  “Hippocampus”  sebagai pusat ingatan “Rasional” anda.    Jika itu terjadi, maka anda akan gugup dan lupa segala yang  ada di dalam otak  anda, dan inilah yang dikatakan anda sedang kehilangan “rasionalitas berfikir atau kehilangan akal sehat  (Loose Brain)”. 

Tadinya, barangkali anda telah menyusun bahan pembicaraan dengan begitu bagus dan rapi dalam sebuah  diskusi, sesaat anda diserang oleh rasa marah atau cemas yang berlebihan, maka semuanya lenyap dari pikiran anda dan anda bagaikan orang bisu yang mencoba berbicara dengan terbata-bata karena gugup luar biasa,  tak tahu lagi apa yang mau dibicarakan.  Ini juga dikatakan anda sedang “kehilangan konsentrasi”, atau  emosi anda sedang tak terkendali dan pikiran anda menjadi kacau balau, enggak karu-karuan.  Kadang-kadang tidak jarang pula terjadi diiringi  oleh keluarnya air mata, karena anda merasa malu.  Kalau sudah demikian, berarti “Cortisol” sudah menyerang “Sistem Limbik”,  yang berada ditengah otak anda  yang diperankan oleh “Amygdala” sebagai “pusat ingatan emosi”.

Nah..!  kalau anda ingin mengendalikan emosi tak terkendali atau di dalam latihan tenaga dalam dikenal dengan istilah “menguras emosi yang tak terkendali, menguras emosi terkendali dan meluluhkan emosi”, sebenarnya enggak  usah anda susah-susah  berlatih macam-macam.   Karena yang perlu anda lakukan adalah bagaimana anda berupaya menekan agar hormon CRF, ACTH, Cortisol dan senyawa kimia Adrenalin  tidak  diproduksi secara berlebihan oleh sel-sel syaraf otak, akibatnya pasti  anda sangat sulit marah  atau  emosional. 

Lalu pertanyaannya adalah bagaimana caranya ?!  Salah satu caranya adalah rajin-rajinlah anda  berpuasa dengan ikhlas,  melaksanakan shalat secara khusuk, berdzikir dengan ikhlas, bertafakur, bertakarruf, rajin-rajin menafkahkan sebagian  rezeki anda kepada anak yatim piatu dan fakir miskin,  sering-sering  memahami  perasaan orang lain, lebih bersikap toleran, gemar memaafkan kesalahan orang lain,  dan belajar menjalankan hidup baik maupun buruk secara ikhlas, tawaqqal, istiqomah, tawadhu’ hanya untuk keridhoan Allah, minimal anda mencoba hidup selalu dalam kondisi relaks dan santai,  jangan biarkan pikiran aktif (berfikir dengan otak kiri) anda bekerja terlalu keras. Karena prilaku ini akan   mampu  menekan  produksi zat kimia dan hormon (senyawa kimia “Adrenalin”) penyebab timbulnya kemarahan atau emosi tak terkendali. Gampangkan !  Ya..! itukan  teorinya.  Tapi apa bisa dengan cara ini,  jelas, secara keyakinan syari’at agama nggak diragukan lagi,  secara Ilmiah harus bisa asal anda tahu caranya,  yakin, ada kemauanan dan berusaha melatihnya agar hormon dan senyawa kimia ini ditekan produktifitasnya.  Otomatis.

Selain kejadian diatas, rasa lapar dan haus juga diatur secara hormonal oleh kelenjar “Hipofise”.  Oleh karena itu, berbagai mekanisme pencernaan sepanjang   usus sangatlah dipengaruhi oleh kerjanya sistem hormonal. 

Sistem hormonal, diketahui sangat  terkait dengan ketenangan dan kemampuan mengendalikan diri seseorang.  Misalnya, jika seseorang  mengalami  rasa gelisah yang berlebihan, tiba-tiba perutnya terasa mulas,  hal ini tidak lain disebabkan oleh terganggunya “sistem hormonal”.

Berbagai  macam mekanisme   yang berkaitan dengan kondisi “sexualitas”, juga diatur oleh sistem hormonal.  Mulai dari proses kematangan  sel telur seorang wanita, produksi sperma pada pria dewasa, kenikmatan dan sensasi sexualitas, sampai kepada proses kelahiran seorang bayi, semuanya melibatkan sistem hormonal yang sangat kompleks tersebut.

Berdasarkan  uraian diatas,  barangkali  bagi anda yang  telah  mempelajari olah tenaga dalam  sudah dapat membayangkan,  kira-kira sistem teraphy  yang perlu anda lakukan terhadap  pasien-pasien yang sedang  mengalami kasus seperti tersebut dia atas.

Sejauh ini,  kita hanya membahas tentang struktur dan fungsi otak dalam “skala organ fisik”.  Bukan “skala seluler atau  apalagi biomolekuler”.  Sedangkan, dalam skala organik  tersebut banyak sekali pertanyaan yang belum bisa dijawab, karena substansinya berada pada tingkat seluler atau bahkan molekuler.

Dengan demikian, bagian yang paling misterius di  otak adalah ”Bagaimana bisa muncul perintah-perintah cerdas yang menjadi otak sebagai ‘Organ Komandan’ bagi kehidupan seseorang,  baik secara fisik maupun kejiwaan”.  Hal tersebut barangkali tak akan pernah terjawab secara memuaskan kalau kita selalu  berkutat pada pemahaman otak sebagai organ atau jaringan, tanpa melihat “isi sel” secara lebih mendatil, bahkan sebenarnya bukan hanya sampai ke isi sel malah lebih jauh lagi sampai ke “inti sel”.  Karena di dalam inti sel itulah  tersembunyi sebagian besar “misteri kehidupan” yang  sesungguhnya.

Jadi,  sampai pada batas uraian ini barangkali telah bertambah banyak pula pemahaman anda tentang proses-proses penting dalam pengendalian  diri seseorang oleh otak.   Otak melakukan  peran sangat penting   dalam mengontrol segala macam akltifitas seseorang lewat tiga   aktor utama  tersebut, yakni   “Sinyal-sinyal listrik,  Neurotransmiter,  dan sistem hormonal”.
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar