PEMBAGIAN WILAYAH
OTAK DAN CARA
KERJANYA
SEBUAH DIALOGIS
MENGGALI DAN MELENJITKAN POTENSI
DIRI
Bengkulu : Juni 2012.
Inspirator : Nazamuddin (Anggota Senior Satya Buana)
Lebih jauh, otak juga mengendalikan fungsi-fungsi yang
lebih luhur dalam kehidupan manusia , antar lain hal-hal yang
berkaitan dengan “Emosi”. Rasa senang,
bahagia, sedih, menderita, benci dan kasih sayang, semuanya dikendalikan oleh pusat ingatan “Emosi” di bagian otak yang disebut “Amygdala”, sehingga “Amygdala” kita
sebut juga dengan “Memori Otak Emosional”. Sedangkan pusat
ingatan yang bersifat “Rasional (Rasio ; Nalar)” berada di bagian
otak yang disebut “Hippocampus”, sehingga “Hippocampus” kita
sebut juga dengan “Memori Otak Rasional”.
Jika di petakan
berdasarkan wilayahnya, maka otak manusia dapat dibagi menjadi tiga
bagian (wilayah besar), yaitu :
1. Wilayah I ; Kulit Otak (Cortex Cerebri), bagian terluar dari otak.
Wilayah ini menjadi basis dari aktifitas yang berkaitan dengan “kemampuan rasional” seseorang. Mulai
dari kemampuan menerima “rangsangan panca indra,
memahaminya, menganalisa, kemudian
merespon secara motorik”.
Kehebatan peradaban
manusia yang telah dicapai dalam
hal Ilmu
Pengetahuan, Sains dan Teknologi, sebagaimana telah
berkembang pesat di abad-abad terakhir
ini adalah sebagian hasil dari cara berfikir “rasional kulit
otak”.
Manusia telah
mampu menciptakan berbagai peralatan elektronik, komputer, robot,
senjata pemusnah massal, pesawat angkasa luar, satelit, mesin-mesin produksi, sarana transportasi, pabrik-pabrik, teknologi kimia,
teknologi farmakologi, teknologi kedokteran dan lain
sebagainya, hanyalah merupakan sebagian
saja dari kehebatan cara kerja kulit otak tersebut.
2. Wilayah II ; Sistem Limbik dan bagian lain di tengah otak yang masih
sangat misterius.
Bagian ini bertanggungjawab terhadap “fungsi luhur” yang sangat erat
keterkaitannya dengan “Emosi” seseorang. Sikap jujur, adil, pemaaf, culas,
berkhianat, iri, dengki, dendam, tamak, loba, sombong, congkak,
kehormatan, sanjungan, mencintai,
menyayangi, membenci, sedih, gembira, stres, depressi, kecewa, frustrasi,
cita-cita, visi, missi, menderita dan lain
sebagainya, mekanismenya semua
diatur di wilayah bagian tengah
otak ini. Termasuk di dalamnya adalah “amygdala” sebagai “pusat ingatan emosi” .
Terdapat beberapa komponen otak yang terlibat dalam
sistem pengaturan “Fungsi Luhur” ini, di antaranya adalah : “Gyrus Cingulata, Thalamus, Hippocampus,
Nucleus Basal, Prefrontal Cortex, dan
Amygdala”. Tiga di antaranya
ternyata berada di wilayah I, yakni “Kulit Otak”---yang berperan dalam aktifitas “Rasional” seseorang.
Sedangkan selebihnya, berada di bagian bawah kulit otak,
atau bagian yang berkaitan dengan pengaturan emosi. Jadi mekanisme “Sistem Limbik” yang mengatur fungsi luhur tersebut, ternyata melibatkan dua fungsi otak
sekaligus, yaitu “fungsi rasional di kulit otak dan
fungsi emosi di bagian lebih dalam dari
wilayah otak”.
Ini berarti, munculnya rasa kasih sayang, keadilan,
pemaaf, pendendam, rasa bersalah, sedih dan gembira, itu bukanlah hanya bersifat emosional belaka,
akan tetapi juga melibatkan pikiran-pikiran rasional juga.
Ternyata, “Sistem Limbik” juga mengatur alam bawah sadar, yang mana didalam sistem ini tersimpan memori
yang bersifat “Universal dan Holistic (Luas dan
menyeluruh)“ tentang kebaikan,
keburukan, keadilan, kejujuran, dan segala sifat-sifat yang dianggap
baik maupun buruk oleh manusia. Tanpa belajarpun anda pasti tahu tentang rasa
sedih, bahagia, kasih sayang, menderita, dan lain sebagainya. Jadi, enggak perlu ada sekolahan
yang mengajarkan kepada anda
tentang rasa sedih, rasa bahagia, rasa sakit hati, rasa cemburu, dan lain sebagainya, artinya tanpa
disekolahin juga yang gitu-gituan anda juga udah pintar, gitu lho
! Dengan demikian “Ingatan” tentang semua “rasa universal” dengan sedirinya telah tersimpan
memorinya dalam sistem wilayah otak “Limbik””.
Lantas
kode-kode yang tersusun dalam suatu sistem yang lebih besar inilah yang kita
maksud dengan “Sistem Limbik”. Dan sistem Limbik merupakan bagian dari sistem Otak secara
keseluruhan. Sedangkan “Konstruksi Makna yang Bersifat
Kompleks” kita sebut dengan
wilayah “JIWA”
Tahukah anda, kenapa koq ...! anda tertawa, yaa...
ketika mendengar atau melihat sesuatu peristiwa yang menurut anda
lucu ?
Lalu, kenapa pula anda tidak
bergeming sedikitpun walaupun sesuatu yang anda dengar atau anda
saksikan itu sebenarnya lucu ? Atau, kenapa anda menjadi berduka, ketika
mendengar, melihat, menyaksikan sesuatu
peristiwa yang menyedihkan atau
sebaliknya, anda tidak sedikitpun
tersentuh ketika menyaksikan atau mendengar peristiwa yang menyedihkan tersebut
? Kenapa koq ! anda misalnya sangat mudah
sekali memberikan ma’af kepada seseorang yang telah berbuat kesalahan atau
pernah menyakitkan hati anda ? Atau sebaliknya kenapa anda sangat sulit
mema’afkan orang lain yang telah menyakiti atau berbuat salah
kepada anda dan anda tetap menyimpan rasa dendam
kepada mereka, sekalipun mereka
sudah minta maaf ?
Hal ini disebabkan
karena, semua itu sudah ada memori tentang “perasaan universal” manusia tersebut di dalam “Memori Sistem Limbik” otak anda. Maka
dari itu, kita tidak perlu belajar
tentang semua rasa universal tersebut.
Dan inilah yang disebut dengan “Mazilah” oleh Imam Ibnu Al-Jauziyah atau “Anugrah Ilahi “ menurut Stephen R. Covey.
Manusia secara
kolektif telah memiliki perasaan universal ini, yang ditempatkan pada bagian tengah wilayah
otak, yang terkait dengan fungsi luhur
maupun fungsi kejehatan sebagai
manusia. Tidak perduli dia berbangsa
atau berbahasa apapun, kaya atau miskin,
keturunan bangsawan, atau rakyat jelata,
dia pasti tahu seseorang atau dirinya sediri sedang menangis karena sedih
atau gembira karena bahagia. Dia
pasti sadar betul bahwa dia sedang tertawa karena memang dia sedang senang atau
bahagia, ataukah sekadar menutupi kekecewaanya.
Itulah yang dikatakan dengan “bahasa universal umat manusia”.
Jadi, disini
dapatlah kita pahami bahwa didalam sistem “Limbik” inilah
Allah telah menciptakan perangkat
penyebab rasa sedih atau gembira, rasa berani atau takut, rasa puas atau kecewa, rasa tentram
atau gelisah, rasa sombong atau rendah hati, rasa bahagia atau sengsara, dan
beragam nilai–nilai kebaikan maupun
nila-nilai keburukan.
“Sistem nilai” inilah yang menjadikan acuan bagi otak
untuk menyatakan apakah sesuatu itu tergolong kedalam kebaikan atau kejelekan. Dan menjadi acuan pula apakah sesuatu itu
akan membahagiakan atau akan menyengsarakan dirinya.
Kemudian, melalui “memori rasa” didalam sistem Limbik tersebut muncul perintah lewat “Sistem Endoktrim” (kelenjar hormon,
enzim dsbnya), yang berpengaruh terhadap
seluruh organ tubuh seperti denyut jantung berdebar lebih kencang atau
melembut, berkeringat dingin atau tidak, tangan gemetaran, nafas terasa sesak, dan seterusnya.
3. Wilayah III ;
Berkaitan dengan fungsi dasar
kehidupan.
Wilayah ini meliputi
“Batang Otak dan Otak Kecil” dan disinilah pusat pengaturan denyut jantung,
pernafasan, tekanan darah, termasuk pengaturan keseimbangan dan kehalusan
gerakan yang kita lakukan.
Selain ketiga wilayah otak secara global yang telah kita uraikan seperti sebelumnya, mungkin perlu kita ketahui sekilas tentang beberapa bagian di dalam otak yang
memiliki peranan yang sangat penting
dalam pengendalian kehidupan seseorang, yaitu
:
1.
Thalamus. Ini merupakan bagian yang terdapat di “otak depan”, yang berfungsi untuk “mengatur proses masuknya informasi yang berasal dari
luar otak menuju ke kulit otak.” Disamping
itu juga berfungsi mengatur proses
terjadinya gerakan organ-organ
tubuh lewat “koordinasi kulit otak dan otak kecil”. Pada bagian ini terjadi “persimpangan syaraf-syaraf
sensorik” yang masuk ke otak.
2.
Hypothalamus. Bagian
ini berada dibawah “Thalamus”, yang berfungsi mengatur “kestabilan suhu badan, rasa lapar
dan haus, kegiatan sexual, dan berbagai aktifitas badan lainnya
termasuk proses pertumbuhan dan menstruasi pada perempuan yang dikendalikan secara hormonal”.
3. Hippocampus. Bagian ini
berfungsi untuk menyimpan memori
rasional, terutama ingatan-ingatan
jangka pendek. Sehingga “Hippocampus” disebut juga dengan “Memori Otak Rasional”.
“Hippocampus” berbentuk “huruf C”, yang terletak “di tengah otak”. Ia sebenarnya
merupakan bagian dari kulit otak
yang menjulur kebagian dalam otak.
Oleh karena itu, fungsinya terkait dengan “proses rasionalisasi kulit otak”. Akan tetapi “Hippocampus” pun berperan dalam “Sistem Limbik” yang menjadi pusat “fungsi luhur manusia.
Inilah bagian otak yang sering memberikan pertimbangan rasional kepada
fungsi luhur manusia. Bukan hanya
emosional seperti yang diperankan oleh “Amygdala”. Oleh
karena itu “Amygdala” dikenal juga dengan “Memori Otak Emosional”.
4.
Neurotransmiter. Ini adalah “Zat Kimia” yang berada di
dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel
syaraf. Zat pembawa pesan ini diproduksi
di dalam “sel-sel di ujung syaraf otak”, seiring dengan
sinyal-sinyal listrik yang
melewatinya yang ada di otak, ketika pesan
dari otak harus “ditransmisikan” ke bagian-bagian lain. Hampir
seluruh kegiatan otak memanfaatkan “Neurotransmiter” untuk menyampaikan pesan.
Neurotransmiter dilepas menuju sel-sel sebelahnya, kemudian diterima oleh zat lain yang disebut “reseptor” (penerima) . Jika
reseptornya cocok dengan Neurotransmiter, maka proses mengalirnya pesan itu akan berlanjut sampai
ke organ yang di tuju.
Puluhan jenis Neurotransmiter yang sudah diketahui fungsinya oleh manusia. Namun secara garis besar dikelompokkan ke
dalam 3 golongan besar, yaitu: (1). Kelompok Asam
Amino seperti GABA dan Glutamat;
(2). Kelompok Biogenic Amin,
seperti Dopamin, Adrenalin, dan Noradrenalin, (3).
Kelompok Peptida seperti Nitrit Oksida.
Masing-masing Neurotransmiter itu memainkan peranan yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesan otak
kepada organ-organ tubuh.
Sebagai contoh, ketika suatu waktu anda sedang cemas atau marah memuncak,
maka anda akan berkeringat dingin, jantung berdenyut lebih kencang
berdebar-debar, dan kadang-kadang badan menjadi terasa lemas. Ini adalah efek dari dilepasnya zat kimia “Adrenalin” atas perintah Otak. Adrenalin ini
juga disebut dengan “Epinefrin”.
Demikian juga sebaliknya, ketika anda sedang gembira,
maka perasaan gembira anda itu sebenarnya di picu oleh dilepasnya “Neurotransmiter” yang dikenal
dengan nama “Enkefalin’. Jika, anda mampu
bergerak dengan “tangkas trengginas”, maka otak anda
sedang memainkan “Neurotransmiter GABA”, jumlahnya sedang menurun. Jika jumlah GABA naik, maka seseorang akan menjadi malas-malasan .
Bagi orang-orang yang sedang kehilangan “mood-nya” (sedang tak bergairah),
menjadi kurang daya konsentrasinya, ini artinya Neurotransmiter “Seretonin-nya” sedang
menurun.
Kemudian, seseorang dapat saja mengalami “tingkah laku kegila-gilaan”, hal ini disebabkan
oleh ulah “norepinefrin, seretonin dan dopamin” yang bekerja pada sistem “kognisi, sistem koordinasi
gerakan otot”, dan “kewaspadaan” seseorang.
Dari penjelasan diatas kita melihat betapa pentingnya
peran Neurotransmiter dalam aktifitas kehidupan seseorang. Ia adalah salah satu “aktor utama ke dua” dalam sistem kehidupan manusia, bersama dengan
sinyal-sinyal listrik di serabut syaraf dan hormon.
“Sinyal listrik merupakan aktor
utama pertama” dalam sistem kehidupan adalah cara tercepat yang
dimiliki oleh mekanisme otak dan syaraf.
Setiap memberikan perintah kepada organ tubuh atau bagian lainnnya, otak
selalu mengirimkan pesan-pesan lewat sinyal listrik. layaknya seperti pulsa-pulsa telepon, seperti
remote control televisi, tetapi bagi otak
melalui “kabel” syaraf.
Kecepatan pesan dari otak menuju organ-organ yang
dikendalikan itu sangatlah tinggi, “120 meter per detik”. Jadi kalau anda
memiliki “tinggi badan 160 cm”, maka kecepatan pesan dari otak sampai di ujung kaki anda
hanya butuh waktu sekitar “1/75 detik” saja. Karena itu, kaki bisa langsung anda gerakkan
seketika, saat otak anda berkehendak.
Kondisi kecepatan pesan ini lah yang memungkinkan anda
tidak meleset saat menendang atau memukul bola, ketika anda sedang bermain di
sebuah permainan sepak bola atau bermain tenis lapangan. Bayangkan saja, jika respon
anda tidak secepat itu, maka anda akan selalu bolak balik meleset ketika menendang atau memukul bola
yang mengarah kepada anda. Atau,
barangkali seorang kiper akan selalu gagal menangkap bola yang mengarah ke
gawangnya, karena kecepatan perintah otak kepada kaki dan tangannya tidak
secepat datangnya bola mengarah kepada gawang
sang kiper.
.
Kecepatan respon yang demikian tingginya, ditentukan oleh
kualitas “kabel” dan sistem
perkabelannya, yang menghubungkan antara otak sebagai pusat kendali dengan
organ-organ di seluruh tubuh kita.
Demikianlah cara sistem syaraf
bekerja.
Jika sistem perkabelan syaraf jelek, alias susunan
syarafnya jelek, maka kecepatan perintah dari otak ke tempat tujuan perintah
juga terganggu. Atau bahkan akan
mengalami kemacetan. Tak ubahnya dengan
sistem kelistrikan, jika kualitas kabelnya jelek, maka kecepatan sinyal
listrikpun akan menurun, malah bisa konsleting.
Salah satu keanehan pada sistem syaraf ini adalah pada
kualitas kabelnya. Biasanya, dalam
sistem kelistrikan agar kecepatan sinyal listrik itu tinggi, maka dipilih kabel dari bahan logam yang
berkualitas bagus, misalnya tembaga atau platina yang memiliki daya hantar
listrik yang tinggi.
Namun berbeda pada sistem
syaraf, maka kabel yang dipilih justeru terbuat dari bahan “isolator”, yang terdiri dari
“lemak, protein
dan air”. Itulah bahan
serat-serat syaraf manusia. Namun
demikian, ternyata memiliki daya hantar
listrik yang sangat bagus. Bahkan lebih bagus dari logam-logam konduktor yang kita
kenal.
Kita sangat paham, jika
dalam sistem kelistrikan
logam-logam konduktor digunakan sebagai bahan kabel listrik, maka sudah
dipastikan akan mengalami “losses” alias penyusutan.
Pada jarak tertentu kualitas sinyal akan menurun. Sehingga diperlukan “booster” untuk meningkatkan
kembali kekuatan sinyalnya
Namun, lain hal nya yang terjadi pada serat-serat syaraf
sungguh sangat menakjubkan, penurunan sinyal-sinyal listrik ini tidak terjadi,
karena sepanjang serabut syaraf tersebut
sel-selnya juga berfungsi sebagai “booster”. Sehingga sinyal-sinyal pesan yang
dikirimkan itu sampai kepada tujuannya dengan sempurna, bahkan kadang-kadang
lebih kuat.
Dari kenyataan ini, barangkali manusia perlu menyelidiki
lebih mendalam tentang sistem syaraf, untuk menciptakan sistem telekomonikasi
yang lebih canggih dan mutakhir
kedepan. Jadi, tidak lagi
menggunakan bahan-bahan “logam dan booster”,
melainkan meniru seperti yang ada di dalam sistem syaraf tersebut.
Perkembangan
terakhir kemajuan teknologi komunikasi adalah dengan menggunakan “serat optik” yang bahan bakunya jauh lebih baik dari bahan konduktor
teknologi terdahulu. Namun rasanya
teknologi ini juga secara integral masih kalah jauh dengan sistem syaraf yang
ada di dalam tubuh manusia. Nah...! ini kesempatan bagi anda, mana tau suatu saat nanti diantaranya anda
muncul sebagai Ilmuwan Pertama yang
berhasil menggunakan sistem konduktor yang meniru syaraf otak manusia seperti
disebutkan di atas. Waah...!
selamat lah untuk anda dan jangan lupa yaa..! bagi-bagi pengetahuannya dengan
saya, terima kasih !
Sistem penghantar sinyal listrik di dalam sistem syaraf
itu semakin bagus, ketika serabut syarafnya melebar, jalurrya semakin
banyak, dan “myelin” (bahan pembungkus
syaraf)-nya makin tebal.
Memang agak aneh, justeru di daerah yang pembungkus syarafnya
tebal malah kecepatan sinyal listrik-nya bertambah tinggi. Bahkan sinyal-sinyal tersebut bisa
melompat-lompat dengan kecepatan menakjubkan.
Dan juteru di daerah yang pembungkus syarafnya tipis, sinyal listriknya berjalan lambat. Kenapa demikian ? Nah..! untuk mencari jawabannya, ini peluang
juga bagi anda untuk menjadi Ilmuwan
baru, untuk mengetahui kenapa bisa demikian ? perlu anda observasi dan
penyelidikan. Yaa..! gunakan kemampuan
telepati anda, kan....sudah belajar
mengolah tenaga dalam, mulai dari mengolah alam (makrokosmos)
sampai mengolah akal, jiwa dan qolbu (mikrokosmos), tentunya bisa doong.., tergantung...!
Jadi, untuk
mengetahui apakah sistem syaraf seseorang berkembang dengan baik atau tidak,
cukup dengan mengamati ketebalan “sel syaraf dan myelin-nya”, serta jumlah jalur-jalur yang membentuk sirkuitnya.
Semakin tebal sel syaraf dan myelin-nya,
semakin banyak jalur-jalurnya, makin luas arena sirkuitnya, maka sistem
syarafnya pasti semakin bagus. Otomatis.
Sesungguhnya sel-sel syaraf itu bagaikan plastik yang
bisa mulur-mengkret. Jika sering
dipakai, sel-sel syaraf tersebut akan
membesar, menebal dan memanjang. Tapi,
apabila sangat jarang dipakai, dibiarkan
tidur saja, sel-sel syaraf tersebut lama kelamaan bakal mengecil, menciut,
menipis dan kemudian menghilang, karena karatan ngkali yaa..! Jadi anda tinggal memilih, apakah mau selalu
meng-gunakannya untuk beraktifitas agar semakin pintar dan trampil, atau tidak mau memakainya karena malas
berfikir, lalu sel-sel tersebut bakal menciut, menipis kemudian menghilang dan akhirnya jadilah kita orang bodoh alias punya otak tapi tak
berotak atau isinya sampah ngkali. Yaa..! punya selongsongan otaknya doang , gitu
lho...!
Jadi dengan sinyal-sinyal listriklah otak memerintahkan
organ-organ tubuh dengan perantaraan
penggunaan “Neurotransmiter”.
Telah kita ketahui bahwa aktor utama dalam sistem
kehidupan seseorang adalah Neurotransmiter, bersama –sama dengan sinyal-sinyal listrik di serabut syaraf, dan kemudian dibantu oleh sistem hormonal. Ya, “hormon” adalah
“Pemeran Utama
(Aktor) ke tiga” di dalam penyampaian pesan dari otak ke seluruh organ
tubuh.
Jika, sinyal listrik dan Neurotransmiter bekerja
sepanjang syaraf, maka hormon dilepas lewat darah. Zat ini dilepas oleh kelenjar “Hipofise” di otak bagian depan atas perintah “Hippothalamus”.
Pada kasus orang yang sedang marah atau cemas, hormon ini
ikut berperan di dalamnya. Pada saat
anda sedang dalam keadaan cemas yang
berlebihan, maka sistem “Limbik” di otak anda akan bereaksi cepat memerintahkan “Hippothalamus” melepaskan hormon
“CRF
(Corticotrophin Releasing Factor)”. Kemudian CRF tersebut
lantas meluncur menuju “Hipofise” yang terletak di
bagian bawah “Hippothalamus”, dan memancing
keluarnya hormon lain, yang dikenal dengan nama “ACTH (Adrenocorticotrophin
Hormone)”.
Selanjutnya, ACTH masuk ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju “kelenjar anak ginjal”. Dan disinilah ACTH
melepaskan hormon “Cortisol” yang berfungsi merangsang syaraf “Simpatis”
mengeluarkan senyawa kimia “Adrenalin”. Pada saat itu
anda merasakan jantung anda berdebar-debar kencang, anda mengeluarkan keringat
dingin, tubuh gemetaran, sampai terasa ingin terkencing-kencing. Semua ini adalah pengaruh dari diproduksinya
senyawa kimia “Adrenalin” secara berlebihan.
Tidak hanya berhenti sampai disitu , “Cortisol” juga bakal mempengaruhi organ-organ tubuh yang lain,
salah satu di antaranya, dia menyerang “Hippocampus” sebagai pusat ingatan “Rasional” anda. Jika itu
terjadi, maka anda akan gugup dan lupa segala yang ada di dalam otak anda, dan inilah yang dikatakan anda sedang
kehilangan “rasionalitas berfikir atau kehilangan akal sehat (Loose Brain)”.
Tadinya, barangkali anda telah menyusun bahan pembicaraan
dengan begitu bagus dan rapi dalam sebuah diskusi, sesaat anda diserang oleh rasa marah
atau cemas yang berlebihan, maka semuanya lenyap dari pikiran anda dan anda bagaikan
orang bisu yang mencoba berbicara dengan terbata-bata karena gugup luar biasa, tak tahu lagi apa yang mau dibicarakan. Ini juga dikatakan anda sedang “kehilangan konsentrasi”, atau emosi anda
sedang tak terkendali dan pikiran anda menjadi kacau balau, enggak karu-karuan. Kadang-kadang tidak jarang pula terjadi
diiringi oleh keluarnya air mata, karena
anda merasa malu. Kalau sudah demikian,
berarti “Cortisol” sudah menyerang “Sistem Limbik”, yang berada ditengah otak anda yang diperankan oleh “Amygdala” sebagai “pusat ingatan emosi”.
Nah..! kalau anda
ingin mengendalikan emosi tak terkendali atau di dalam latihan tenaga dalam
dikenal dengan istilah “menguras emosi yang tak terkendali, menguras emosi terkendali dan
meluluhkan emosi”, sebenarnya enggak usah anda susah-susah berlatih macam-macam. Karena yang perlu anda lakukan adalah bagaimana
anda berupaya menekan agar hormon CRF, ACTH, Cortisol dan senyawa kimia Adrenalin tidak diproduksi secara berlebihan oleh sel-sel
syaraf otak, akibatnya pasti anda sangat
sulit marah atau emosional.
Lalu pertanyaannya adalah bagaimana caranya ?! Salah satu caranya adalah rajin-rajinlah
anda berpuasa dengan ikhlas, melaksanakan shalat secara khusuk, berdzikir
dengan ikhlas, bertafakur, bertakarruf, rajin-rajin menafkahkan sebagian rezeki anda kepada anak yatim piatu dan fakir
miskin, sering-sering memahami
perasaan orang lain, lebih bersikap toleran, gemar memaafkan kesalahan
orang lain, dan belajar menjalankan
hidup baik maupun buruk secara ikhlas, tawaqqal, istiqomah, tawadhu’ hanya
untuk keridhoan Allah, minimal anda mencoba hidup selalu dalam kondisi relaks
dan santai, jangan biarkan pikiran aktif
(berfikir dengan otak kiri) anda bekerja terlalu keras. Karena prilaku ini
akan mampu menekan
produksi zat kimia dan hormon (senyawa kimia “Adrenalin”) penyebab timbulnya kemarahan atau emosi tak terkendali. Gampangkan
! Ya..! itukan teorinya.
Tapi apa bisa dengan cara ini, jelas, secara keyakinan syari’at agama nggak
diragukan lagi, secara Ilmiah harus bisa
asal anda tahu caranya, yakin, ada
kemauanan dan berusaha melatihnya agar hormon dan senyawa kimia ini ditekan
produktifitasnya. Otomatis.
Selain kejadian diatas, rasa lapar dan haus juga diatur
secara hormonal oleh kelenjar “Hipofise”. Oleh karena itu, berbagai mekanisme
pencernaan sepanjang usus sangatlah
dipengaruhi oleh kerjanya sistem hormonal.
Sistem hormonal, diketahui sangat terkait dengan ketenangan dan kemampuan
mengendalikan diri seseorang. Misalnya,
jika seseorang mengalami rasa gelisah yang berlebihan, tiba-tiba
perutnya terasa mulas, hal ini tidak
lain disebabkan oleh terganggunya “sistem hormonal”.
Berbagai macam
mekanisme yang berkaitan dengan kondisi
“sexualitas”, juga diatur oleh sistem hormonal. Mulai dari proses kematangan sel telur seorang wanita, produksi sperma
pada pria dewasa, kenikmatan dan sensasi sexualitas, sampai kepada proses
kelahiran seorang bayi, semuanya melibatkan sistem hormonal yang sangat
kompleks tersebut.
Berdasarkan uraian
diatas, barangkali bagi anda yang telah
mempelajari olah tenaga dalam
sudah dapat membayangkan,
kira-kira sistem teraphy yang
perlu anda lakukan terhadap
pasien-pasien yang sedang
mengalami kasus seperti tersebut dia atas.
Sejauh ini, kita
hanya membahas tentang struktur dan fungsi otak dalam “skala organ fisik”. Bukan “skala seluler atau apalagi biomolekuler”. Sedangkan, dalam
skala organik tersebut banyak sekali pertanyaan
yang belum bisa dijawab, karena substansinya berada pada tingkat seluler atau
bahkan molekuler.
Dengan demikian, bagian yang paling misterius di otak adalah ”Bagaimana bisa muncul
perintah-perintah cerdas yang menjadi otak sebagai ‘Organ Komandan’ bagi
kehidupan seseorang, baik secara fisik
maupun kejiwaan”. Hal tersebut barangkali tak akan pernah
terjawab secara memuaskan kalau kita selalu
berkutat pada pemahaman otak sebagai organ atau jaringan, tanpa melihat “isi sel” secara lebih mendatil, bahkan sebenarnya bukan hanya
sampai ke isi sel malah lebih jauh lagi sampai ke “inti sel”. Karena di dalam inti sel itulah tersembunyi sebagian besar “misteri kehidupan” yang sesungguhnya.
Jadi, sampai pada
batas uraian ini barangkali telah bertambah banyak pula pemahaman anda tentang
proses-proses penting dalam pengendalian diri seseorang oleh otak. Otak melakukan peran sangat penting dalam mengontrol segala macam akltifitas
seseorang lewat tiga aktor utama tersebut, yakni “Sinyal-sinyal listrik,
Neurotransmiter, dan sistem
hormonal”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar