Minggu, 01 Juli 2012

MEMAHAMI CARA KERJA OTAK (BRAIN OPERATING SYSTEM)


MEMAHAMI  CARA  KERJA  OTAK  (BRAIN  OPERATING  SYSTEM)
SEBUAH DIALOGIS
MENGGALI DAN MELENJITKAN  POTENSI DIRI
Bengkulu  :  Juni 2012.
Inspirator  :  Nazamuddin (Anggota Senior Satya Buana)

PERKEMBANGAN  SISTEM  SYARAF  DAN  OTAK  MANUSIA


Dari waktu ke waktu para ahli terus mencoba menyelidiki  tentang  area  “Otak” manusia.  Otak adalah merupakan  jaringan lunak yang beratnya sekitar “0,5 kilogram”,  dan berisi sekitar “100  milyar sel”  yang tersusun secara amat sangat canggih,  memiliki fungsi sangat kompleks pula sebagai pusat pengendali seluruh aktifitas kehidupan manusia.  Mulai dari tidak hanya sekadar menerima sinyal-sinyal dari berbagai sensor di dalam tubuh kita,  tetapi juga  sampai pada proses “pemahaman, analisa, membuat keputusan, melakukan gerakan motorik dan psikomotorik”. 

Otak manusia dengan segala sistem syarafnya  tidaklah  terbentuk  sekali gus.  Otak manusia tumbuh dan terbentuk secara berangsur-angsur sejak dari janin dalam perut  ibu sampai seseorang itu beranjak tumbuh dewasa.  Otak dan sistem syaraf  itu secara berkelanjutan mengalami penyempurnaan.  Artinya, kemampuan dan kedewasaan otak terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu dan tumbuh-kembangnya seseorang.

Pada  kesempatan ini kami  ingin mencoba memberikan beberapa  informasi kepada anda, Ya.., tentunya bersumber dari referensi  yang shahih  bukan  hasil rekayasa pikiran kami.  Bahwa sistem syaraf dan otak manusia diperkirakan mulai terbentuk sebelum hari ke 18 berkembangnya janin  di dalam perut sang ibu.  Sejak saat itu sampai dengan tibanya hari kelahiran bayi, sistem syaraf dan otak manusia berkembang luar biasa cepatnya.

Setiap menitnya, sel syaraf di otak janin  itu bertambah terus  sekitar  “25.000 sel”.  Dan begitulah seterusnya sampai menjelang kelahirannya sel otak bayi telah mencapai sekitar  “100 milyar sel syaraf”.  Selain sel syaraf tersebut, di otak juga terdapat sel-sel penunjang yang berjumlah dua kali lipatnya, sekitar “200 milyar sel” yang disebut sebagai “GLIA”.   

Sel-sel syaraf berfungsi untuk menerima berbagai macam pesan (sinyal), mengolahnya, dan mengeluarkan pesan-pesan.    Sedangkan sel “GLIA”  berfungsi untuk menunjang kelancaran dan keamanan proses-proses yang terjadi di dalam sel-sel syaraf.

     Jadi    dalam waktu sekitar 9 bulan itu telah terjadi proses pembangunan sistem syaraf otak---dan penunjangnya ----dengan melibatkan sekitar lebih kurang “300 milyar  sel”.  Dan, sungguh suatu hal yang sangat menakjubkan, sel-sel syaraf itu membentuk sirkuit  yang sangat rumit dan kompleks,  yang kemudian menjadi pusat kendali kehidupan manusia.  Jika dibandingkan, jutaan kali lebih rumit dan canggih dibandingkan dengan komputer terhebat yang  pernah  di produksi manusia di abad ini. 

Sirkuit sel-sel  syaraf  otak tersebut membentuk jaringan yang saling terkait dalam fungsinya, yang tidak dapat dipisah-pisahkan.   Kerusakan satu sel saja akan menimbulkan problem besar dalam fungsi otak  tersebut,  karena sel-sel syaraf otak tidak bisa diperbaharui kembali sebagaimana  jaringan lain. 

       Namun    demikian, perkembangan syaraf otak tidaklah  berhenti  pada saat bayi terlahir.  Karena, kelahir  an itu baru lah sebuah titik awal berlangsung-nya sistem syaraf  tersebut.  Dan kemudian berkembang terus menuju kesempurnaan sampai usia dewasa. 

        Memang    perkembangan  paling cepat terjadi pada masa pertumbuhan janin sampai masa kanak-kanak.  Setelah itu,  meskipun tetap berkembang, namun agak melambat kecepatannya, seiring dengan pertambahan usia. 

       Setelah masa pembentukan  janin di dalam rahim,  masa kanak-kanak adalah masa yang “paling kritis” dalam pembentukan sistem syaraf otak manusia.  Sebagai contohnya, anak-anak  yang terlahir dengan cacat penglihatan, ternyata sel-sel syaraf yang berkaitan dengan penglihatannya tidak berkembang. 

Sel-sel  rentina mata memang berkembang pesat sesudah bayi dilahirkan.  Jika bayi, sesudah lahir, matanya ditutup tidak boleh melihat sampai beberapa lama, maka sel-sel di rentina matanya tidak akan terbentuk, dan kemudian sel-sel syaraf otaknya juga menjadi mengecil, dan  akhirnya tidak berfungsi.   



Otak bagian depan  paling bertanggungjawab     terhadap kecerdasan otak  anak-anak, dan berkembang pesat pada “umur 6 – 12 bulan”.  Jika sel-sel syaraf di daerah ini berkembang secara baik  pada kisaran umur ini, maka anak akan memiliki kecerdasan yang tinggi, emosinya matang, penguasaan bahasanya baik, dan memiliki ketrampilan yang bagus. 

Wilayah bahasa di otak anak-anak  juga mengalami pemantapan pada “usia sekitar 8 bulan”.  Sistem syaraf terbentuk dengan sangat khas,  bersamaan dengan berkembangnya daerah otak yang disebut dengan “Cortex Prefrontal”. Ini adalah daerah yang sangat berhubungan dengan kesadaran dan konsep diri seseorang. 

       Pada usia anak  “8 tahun”,  anak-anak mengalami pemantapan atau keseimbangan fungsi “otak kanan dan otak kiri”.  Kedua belahan otak itu memiliki mekanisme yang berbeda di dalam berfikir.  Sebagaimana kita ketahui   bahwa otak kanan cenderung berfikir “intuitif dan artitistik”,  sedangkan otak kiri berfikir secara:  logis, rasional  dan analitis”. 

      Pembelajaran “matematika”, misalnya, lebih banyak menggunakan “otak sebelah kiri”.  Demikian pula halnya dengan pembelajaran “sains dan tatabahasa”. Sedangkan pembelajaran “seni musik, seni tari,  berfantasi, seni lukis” dan hal-hal yang sejenis  dengan itu menggunakan mekanisme kerja “otak kanan”. 

     Jika kedua fungsi belahan otak berjalan secara seimbang, maka anak-anak akan memiliki potensi kecerdasan yang matang, secara “intelektual maupun secara emosional”. Pemantapan ini terjadi pada usia  anak sekitar “8 tahun.”

        Pada   masa janin, bayi, sampai anak-anak, sel-sel syaraf akan  terbentuk  dan ditempatkan pada posisi–posisi  yang tepat di kedua belahan otak itu.   Baik hubungan-hubungan antar sel syaraf, maupun sirkuit secara keseluruhan . 

         Jika pada masa itu terjadi kesalahan penempatan dan pembentukan sirkuit syaraf otak, maka akan terjadi kerusakan yang parah  pada  sistem  syaraf  otak  tersebut dan akibatnya otak tidak berfungsi secara baik, karena    sirkuit-sirkuitnya    tidak    terbentuk.   Tapi, jika pembentukan sirkuit berjalan secara tepat, maka sel-sel syaraf tersebut tinggal memperbesar ukurannya saja di kemudian hari. 


 


       Kehandalan sistem syaraf sangatlah ditentukan oleh ukuran sel-sel syarafnya.  Semakin “besar selnya, panjang jalurnya, dan luas sirkuitnya”, maka semakin bagus pula fungsinya.   Namun, “semakin kecil sel yang terbentuk, semakin pendek jalurnya, dan sempitnya sirkuit sel“  tersebut, maka fungsinya akan semakin buruk.  Sebagaimana sel-sel penglihatan yang tidak berkembang  pada bayi,   seperti yang  dicontohkan  di atas. 

      Bagian otak yang disebut “Amygdala”---ingatan yang bertangungjawab pada emosi---- juga berkembang pada usia anak-anak, yaitu sekitar umur anak “3 tahun”.  Jadi anak-anak yang tidak terbentuk emosinya  dengan baik pada usia itu biasanya akan memiliki kendala kematangan emosional saat dewasanya.

      Sementara itu,  ingatan rasional pada anak baru berkembang  sesudah usia 3 tahun.  Karena itu pendidikan pada masa kanak-kanak lebih mengedepankan pendekatan emosional  ketimbang pendekatan yang bersifat  rasional.  Sesuai dengan bagian otak yang sudah berkembang.
   
   Seterusnya, sel-sel syaraf masih berkembang sampai masa dewasa.  Setiap kita melatih kemampuan baru, baik dalam segi bahasa, matematika, maupun ketrampilan fisik,  maka sel-sel syaraf otak kita yang berkaitan dengan pengendalian ketrampilan itu   bakal   berkembang,  bertambah tebal, dan membentuk sirkuit-sirkuit baru.  Maka,  otak kita menjadi semakin membesar, dan berlipat-lipat di permukaannya.   Semakin banyak  “lipatan-lipatan  pada otak” seseorang, maka kondisi itu menunjukkan semakin cerdas dia.
  
Ya,  di dalam otak inilah seluruh aktifitas manusia berpusat (baca :  aktifitas bersifat jasmani).  Seluruh pancaindra kita   dikendalikan oleh otak.  Jika, sel-sel otak  yang berkaitan dengan panca indra itu rusak, maka fungsi indra kita juga bakal rusak atau tidak berfungsi  normal. 

Jika sel-sel pusat penglihatan kita yang berada di “Kulit Otak” bagian belakang mengalami kerusakan, mengakibatkan fungsi penglihatan  menjadi rusak dan kita tidak  akan bisa melihat, meskipun organ  mata kita  dalam kondisi sehat.  Walaupun mata kita masih melek, lensa dan rentina mata masih bagus, syaraf penghubung mata dengan  otak masih  sempurna, semuanya menjadi tidak berarti, ketika “sel-sel visual otak”  kita rusak. 

Demikian juga  halnya dengan pendengaran,  walaupun komponen-komponen organ telinga semua bagus, mulai dari daun telinga, gendang telinga, sampai kepada “kabel” syaraf penghubung kepusat pendengaran.  Namun,  bila “sel-sel di pusat pendengaran (kulit otak samping kiri)”  yang rusak, maka semua itu menjadi tidak  berguna.




Suara tetap tertangkap oleh telinga,  kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik sampai ke otak.,  namun  otak tidak mampu memahami suara  yang tertangkap,  akibat kerusakan sel-sel pendengaran.  Demikian pula halnya dengan pusat penciuman, pusat perabaan, dan pusat perasaan yang mengalami  kerusakan.   


2 komentar:

  1. menarik infonya, bagaimana memahami cara kerja otak nih, oh ya aku ada asupan bergizi nih untuk otak seperti saripati ayam brands

    BalasHapus
  2. Tks atas respons nya... asupan bergizi untuk otak seperti cntoh saripati ayam brands, menurut pandangan saya baik2 saja utnuk pertumbuhan dan perkembangan otak kita, terutama bagi anak2 dlm usia pertumbuhan dengn ctt.. asal sumber gizi tsb memenuhi ketentuan dan persyaratan didalam ilmu kesehatan ... namun perkembangan dan pertumbuhan otak yang akan menghasilkan cara berfikir yg cerdas tidklah cukup dengan asupan makan bergizi saja ... namun perlu asupan berupa asupan utuk prtumbuhan psichologi otak yg bersifat non gizi yng kita kenal asupan untuk kecercadasn emosional dan spiritual dengan harapan suatu saat nanti kita dan anak kita mencapai tingkat kecerdasan paripurna (sangat sempurna) tks ...

    BalasHapus