OTAK KANAN DAN OTAK KIRI
SEBUAH DIALOGIS
MENGGALI DAN MELENJITKAN POTENSI
DIRI
Sudah
cukup lama sekali manusia menyimpan
pertanyaan : “Jika kita
ini ciptaan Tuhan yang paling sempurna
berbahan dasar dari sumber yang maha dahsyat diciptakan penuh dengan kasih sayang,
lalu mengapa hidup kita banyak sekali dihimpit oleh berbagai
persoalan dan masalah ? Mengapa kita masih saja tidak merasakan
kedamaian dan kebahagiaan sepanjang hayat kita seperti hakikatnya sifat dasar kita tersebut”. Dan para guru bijak pun telah mengatakan
kurang lebih demikian : “Engkau pasti
tidak bisa mengalami sifat ilamiahmu
disebabkan oleh pikiranmu sendiri.
Pikiramu menghalangi kamu untuk bisa merasakan dan menghayati sifat
dirimu yang sejati”.
Memang, pikiran kita telah mewarnai hidup kita bagaikan
kacamata warna merah, hijau atau pun hitam, yang memberikan “cahaya ilusi”
yang menipu hidup kita. Ketika kita tumbuh besar otak kita sudah
terprogram dengan segala sesuatu yang men ”dua”, seperti misalnya
hal-hal yang menyakitkan yang perlu dihindari,
sedangkan segala hal yang bersifat membahagiakan perlu dicari dan
dimiliki. Otak kita selalu “memfilter”
kenyataan yang terjadi dan memastikan bahwa hal itu sesuai dengan (warna
kacamata) yang kita yakini. Tidak
mengherankan jika kita tidak mampu melihat kedamaian, kemakmuran, cinta, dan kasih sayang
sebagaimana adanya.
Berbagai
penjelasan bijak pun mengungkapkan bahwa energi
yang “SATU” itu menciptakan
semua menjadi berpasangan atau “DUA”. Berpasang-pasangan (Dualisme) seperti adanya laki-laki
dan perempuan, siang dan malam, sakit dan sehat, panas dan dingin,
beriman dan kafir, benar dan
salah, dunia dan akhirat, karenanya adalah seperti satu sisi mata uang yang
sama. Dari tarik menarik (tension dan attraction) antara “DUA”
polarisasi itulah kehidupan di dalam semesta tercipta.
Dualisme
itu pun terefleksi pada otak kita yang terbelah dengan kedua sisi dalam dua
struktur yang berlawanan. Perbedaan ini
diperparah oleh kenyataan bahwa rata-rata orang umumnya memiliki ketidak-seimbangan
pada sisi otaknya. Oleh karena otak kita
memfilter kenyataan secara terpisah (split-brain) maka kita pun cenderung melihat dunia secara
men-“DUA” yang penuh dengan
pertentangan (problema) ketimbang melihat dunia dalam ke-“SATU”-an
yang utuh penuh dengan persamaan yang menyenangkan.
Para
ilmuwan sudah menemukan bahwa otak dibagi dalam dua ruang yaitu otak kiri dan
otak kanan. Kedua belahan otak tersebut
ternyata memiliki karakter berfikir yang berbeda. Otak kiri mendapat bagian untuk berfikir secara
analitis, dan logis. Dan dengan otak
kirilah kita memahami pelajaran matematika, statistik, angka-angka, logika dan
urut-urutan linier. Sedangkan kerja otak
kanan melingkupi kemampuan spasial, melukis, seni musik, merenung,
meditasi dan melamun. Karya-karya “kreatif dan imajinatif”
merupakan hasil kerja dari otak kanan.
Pembagian
otak kiri dan otak kanan pertama kali
dikemukan oleh ilmuwan Roger Sperry dan kawan-kawan yang meneliti peran
masing-masing belahan otak (hemisfera) tersebut, dengan memisahkan otak
kanan dan otak kiri (split brain), sehingga beliau mendapatkan hadiah
Nobel berkat teori “Dual Brain” dan “Hemispheric
Specialization”. Sejak saat itu
orang menganggap bahwa ke dua “hemisfer”
mempunyai peranan yang sama pentingnya, walaupun masing-masing fungsinya berbeda bahkan bertentangan.
Kemampuan seseorang tergantung bagaimana ia
mengaktifkan secara optimal kedua belahan otaknya. Tentu saja tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada orang yang menonjol menggunakan
kemampuan otak kirinya, ada juga yang dominan mengandalkan otak kanannya. Kedua belahan otak ini sebenarnya selalu melakukan
komunikasi, namun tak terpisah sama
sekali. Teknologi mutahir saat ini
melalui para ilmuwan telah berhasil menemukan suatu cara untuk mengukur
aktivitas fungsional kedua belahan otak tersebut dengan menggunakan mesin “Elektro Ensefalograf (EEG)”.
PERAN DARI MASING-MASING BELAHAN OTAK MANUSIA
Bengkulu : Juni 2012.
Inspiator : Nazamuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar