FUNGSI MASING-MASING BELAHAN OTAK
SEBUAH DIALOGIS
MENGGALI DAN MELENJITKAN POTENSI
DIRI
Bengkulu : Juni 2012
Inspirator : Nazamuddin
(Anggota Senior Satya Buana bengkulu)
Pada saat otak kita dalam kondisi
“Lateral” dan “Tidak
bersatu kerjanya”, maka kita akan
menjalani hidup ini penuh dengan prasangka, curiga, asumsi-asumsi,
analisis, maka “Sisi otak kiri, Reptilian Brain, dan
Pikiran sadar” lebih dominan kerjanya dari otak kanan. Sedangkan “Otak kanan, Neurocortex, dan
Hati bawah sadar” cenderung
terabaikan (terkerdilkan) atau
terbelenggu. Kondisi seperti ini
cenderung membuat manusia menganggap bahwa mereka tidak memiliki hubungan sama
sekali satu dengan lainnya dan oleh karena itu boleh jadi timbul rasa saling
ingin mengalahkan satu dengan lainnya untuk meraih kesuksesan dan keunggulan
dalam hidup mereka. Kenyataan seperti
ini mirip seperti terjadi di dunia binatang
“Suvival of the fittest”,
meskipun di level “quantum”
kita semua sebanarnya saling berdekatan, bersinggungan, bahkan berangkulan satu
sama lain.
Semakin otak kanan dan otak kiri kita bekerja sendiri-sendiri (semakin
tinggi lateralisasi dan tensi atau ketegangan di antara kedua belahan otak), semakin parah perbedaan dalam realitas
keseharian hidup ini yang terlihat oleh kita,
sehingga hidup kita pun akan lebih
didominasi oleh “Perasaan Terpisah
(Split Feeling), Terlalu Percaya Diri,
Prasangka, Praduga, Curiga, Was-was, Un-respective, Ketidak percayaan
kepada orang lain, Takut, Cemas,
Terkucil, dan semakin buruk prasangka” kita. Sebaliknya,
dengan keselarasan (koherensi) ke dua sisi otak meningkat, perbedaan di dunia akan terlihat lebih
menipis atau bahkan menghilang sehingga kerjasama, kolaborasi, saling hormat,
saling menghargai, tenggang rasa, saling
percaya, rasa damai, tentram, relaksasi dan rasa menyatu serta prasangka baik
dalam diri kita dapat lebih dirasakan
kehadirannya.
Menurut seorang ahli Biokimia dan Biomolekuler Prof. DR. Dr. H.M Nurhalim
Shahib dalam bukunya “Mengenal Allah dengan Mencerdaskan Otak kanan”, menyatakan bahwa : “tingkat kemampuan berfikir logis dan
tingkat kemampuan ‘berperasaan’ bervariasi antara individu (dan) Manusia yang
dapat mencapai keseimbangan antara keduanya akan berhasil hidup di dunia dan
akhirat”.
Jadi, apabila kita mampu
menciptakan otak kita “belajar”
untuk mau bekerjasama antara kedua sisi kiri dan kanannya secara “Koheren
dan Holistic” maka kenyataan hidup
yang kita alami dan jalankan akan berbeda yakni
terasa enak serta rileks. Untuk
mencapai itu kita diajarkan dan harus
berlatih untuk menyeimbangkan diri, maupun
lebih berintraksi satu sama lain, dan memfungsikan otak kiri dan otak
kanan sebagai satu “Ke-SATU-an”.
Inilah yang sesungguhnya kita lakukan secara sistematis dengan
latihan “Teknologi Quantum Ikhlas,
Mengatur Gelombang Otak (Brainwave Management),
Mengelola Gelombang Hati (Heartwave Management), Tafakuur, Berdzikir,
dan Meditasi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar